MEDAN-Indonesia baru saja mendapatkan predikat layak investasi dari S&P. Kenaikan peringkat tersebut menjadi kabar yang sangat baik tentunya bagi kita semua. Arus investasi masuk sangat deras sekali setelah kita menerima kenaikan peringkat tersebut. Demikian dikatakan Pengamat Ekonomi Sumut, Gumawan Benyamin kepada wartawan hari ini.

"Hal ini wajar saja, hanya saja banyak yang mengkaitkan antara serangan ISIS di Filipina yang menjadi pemicu membanjirnya likuiditas asing di pasar obligasi kita," katanya.

Dia menjelaskan secara tidak langsung, banyak pihak yang menyebutkan bahwa Indonesia diuntungkan dengan serangan yang terjadi di Negara tetangga tersebut. Saya menilainya begini, Filipina sebenarnya juga telah mendapatkan peringkat layak investasi lebih dahulu dibandingkan dengan Indonesia. Namun, memang akhir-akhir ini Filipina menjadi sorotan dunia Internasional dikarenakan ISIS menyerang sebagian wilayah Filipina tersebut.

"Kaitannya itu memang cukup rasional jika menghubungkan antara serangan terror dengan minat investasi investor. Saya menilai serangan terror tersebut memang sangat potensial memicu terjadinya pembalikan modal yang ada di Filipina. Hal seperti ini wajar sih sebenarnya. Karena investor itu membutuhkan kepastian," jelasnya.

Namun apakah investor yang lari tersebut masuk ke pasar keuangan kita. Dan tidak bisa ditutupi kemungkinan tersebut juga ada. Sehingga memang belum sepenuhnya akurat. Akan tetapi kemungkinan-kemungkinan seperti itu sangat masuk akal sekali. Terlebih Indonesia saat ini mendapatkan predikat layak investasi dari S&P.

Dia menambahkan oleh karena itu, belajar dari kejadian di Negara tetanggan Filipina tersebut. Indonesia harus bisa melakukan langkah-langkah antisipatif sehingga serangan teror itu tidak masuk ke wilayah Indonesia. Karena bukan hanya masalah sosial saja yang berkecamuk dengan serangan seperti itu. Lebih dari itu, ekonomi juga akan terkena imbasnya. Oleh karena itu sebaiknya kita semua saat ini mewaspadai kemungkinan-kemungkinan ISIS akan masuk ke Indonesia.

"Tatanan sosial ekonomi pasti akan berubah. Potensi konflik akan bermunculan, iklim investasi menjadi tidak bersahabat. Dan pastinya semuanya akan dirugikan," tambahnya.