MEDAN-Tanggal 20 Mei dikenal sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Ketetapan tanggal tersebut diambil dari kelahiran Organisasi Budi Utomo (Boedi Oetomo).

Latar belakang penetapan Hari Kebangkitan Nasional adalah pada awal kemerdekaan tahun 1945.

Soekarno menilai bahwa kelahiran Budi Utomo merupakan simbol yang tepat untuk menggambarkan bagaimana bangsa Indonesia mulai bangkit untuk melawan penjajahan.

Tokoh Pemuda Tionghoa Medan Sandy Wu, menegaskan Harkitnas (Hari Kebangkitan Nasional) hendaknya tak hanya dijadikan seremonial belaka. Melainkan dimaknai bangkit untuk memperbaiki sistem pendidikan yang akan melahirkan generasi cerdas dan bermoral.

"Salah satu indikator yang dapat dinilai yakni dunia pendidikan. Apakah dunia pendidikan sudah benar-benar sesuai dengan yang diharapkan atau belum," sebut Wakil Sekretaris IPTI Sumut, Sandy Wu.

Ia menyatakan, sama halnya dengan Hari Pendidikan, pelajar dan generasi muda harus memaknai Hari Kebangkitan Nasional dengan bangkit untuk mencapai prestasi yang gemilang.

"Generasi muda harus bangkit dari keterpurukan dan menyongsong masa depan dengan memperbaiki, meningkatkan, atau mempertahankan prestasi yang sudah ada," ujar Sandy Wu.

Selain itu, lanjutnya, pelajar dan generasi muda juga harus bisa menjawab tantangan di zaman yang serba canggih ini dan bisa mengikuti perkembangan teknologi.

"Begitu juga dengan kemajuan pembangunan fisik berupa bangunan sekolah, ilmu pengetahuan dan teknologi yang sampai pelosok daerah. Itu menandakan pesan kebangkitan nasional di bidang pendidikan mulai tercapai," katanya.

Untuk memaknai Hari Kebangkitan Nasional ini, sambung Sandy Wu, memang sebaiknya dimulai dari diri sendiri dengan membenahi diri menjadi lebih baik.

"Apabila generasi muda berusaha menjadi lebih baik, maka kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara akan semakin baik. Semua akan terlepas kemiskinan dan angka pengangguran akan semakin berkurang," pungkasnya.