PADANG LAWAS - Pondok Pesantren (Ponpes) Aek Hayuara Sibuhuan dan Sekolah Tinggi Agama Islam Barumun Raya (STAIBR) menamatkan 465 santrinya, Rabu (10/5/2017) kemarin. Penamatan yang pada bagian puncaknya diisi pembacaan baiat atau janji itu disaksikan orangtua masing-masing siswa.

Dari 465 santri tersebut, 216 diantaranya merupakan lulusan tingkat madrasah tsanawiyah, 109 santri madrasah aliyah, dan 27 santri lulusan madrasah diniyah awaliyah (MDA). Sementara, 113 santri lainnya merupakan calon wisudawan yang akan menyelesaikan studi dalam beberapa bulan ini.

Pada kegiatan ini turut dihadiri Bupati Padang Lawas H Ali Sutan Harahap, Iskannur dari Kemenag, dan beberapa tokoh masyarakat.

Kegiatan penamatan ini juga menjadi ajang pertunjukan kemampuan santri dengan menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris saat bertindak sebagai MC (master of ceremony).

Dalam bidang seni, ada pula beberapa pertunjukan kemampuan santri, di antaranya marawis, tari saman dari Aceh dan pertunjukan drama yang banyak membuat santri dan orangtuanya meneteskan air mata.

Ketua STAIBR Padang Lawas, HM Syafaruddin Hasibuan yang juga pengurus yayasan, Pondok Pesantren Syek Muhammad Dahlan saat ini sudah berusia 79 tahun. Sekolah ini berdiri pada tahun 1938 atau sebelum kemerdekaan.

"Pada saat berdirinya sekolah ini penuh tantangan. Bahkan, sempat vakum atau tak ada kegiatan di tahun 1941, karena santri dijadikan romusa oleh penjajah Jepang saat itu," ungkapnya.

Di sisi lain, sekolah ini pernah dijadikan markas Hizbullah. Bahkan, dalam tahun berbeda, sekolah tersebut juga dijadikan markas polisi.

"Sekolah tiga zamanlah sekolah ini. Zaman penjajahan, kemerdekaan dan sekarang reformasi," kata Syafaruddin.

Dikatakannya, sang pendiri Syekh Muhammad Dahlan yang juga merupakan kakeknya, memang termasuk orang yang punya prinsip. Pada umur 19 tahun, almarhum berangkat ke Mekkah dan di tahun 1926, pulang kampung.

"Sempat juga mengajar di Syarifil Majelis di Sibuhuan tepatnya di Galanggang. Pernah juga mengajar di Tanjungpura dan membawa tiga muridnya ke sana, yakni HM Ridwan Harahap, Mukhtar Muda, H Maas Siregar.

Hingga tahun 1938, Sang Pendiri kembali ke kampung halaman dan mendirikan Ponpes Aek Hayuara. Kebetulan, anak muridnya, Alm Mukhtar Muda juga sudah pulang dari Mekkah dan juga HM Ridwan juga pulang dari Padang Panjang.

"Mereka bertigalah yang membantu mengembangkan sekolah ini waktu itu," papar Syafaruddin.

Kini, dikatakannya, alumni Ponpes Aek Hayuara beredar di mana-mana. Diperkirakan sudah mencapai belasan ribu orang. Dan, dari survei kecil-kecilan, 60 persen petugas masjid atau malim kampung di Padang Lawas merupakan alumni dari Pesantren Aek Hayuara Sibuhuan.

Untuk STAIBR sendiri, kata dia, baru berdiri di tahun 2008. Sudah empat kali penampatan.

"Sekarang pembaiatan. Wisuda tunggu dulu. Saat ini yang dibaiat 113 orang," kata Syafaruddin.

"Gelar sudah berubah. Sekarang, lulusan dari Fakultas Ahwalus Syasiah sudah bergelar SH. Dan mereka bisa bersaing dengan sarjana umum. Begitu juga perbankan syariah, sudah jadi SE. PGMI dan PGRA belum menamatkan. Karena baru berdiri," terang Syafaruddin.