JAKARTA - MPR menyambut baik permintaan Korea Selatan agar Indonesia berperan aktif menjadi mediator untuk memperbaiki hubungan Korea Selatan dan Korea Utara. Karena, hal itu merupakan siklus ideologi dan politik dunia yang terjadi saat ini. Apalagi, selama ini Indonesia kerap menjadi mediator atau penengah bila terjadi konflik antarnegara.

Hal tersebut dikemukakan Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang (OSO) kepada sejumlah wartawan, di ruang kerjanya, gedung MPR, DPR, DPD, Jakarta, Kamis (12/1).

"Setiap ada konflik, memang indoneaia selalu jadi penengah. Kalau jadi penengah dimana dosanya kita membantu Korea Selatan? Yang jelas, dunia tidak boleh konflik. Asia tidak boleh konflik. Indonesia pun tidak boleh konflik," ujarnya.

Saat ditanya wartawan, apa yang akan dilakukan Indonesia jika bersedia menjadi penengah perbaikan hubungan Korea Selatan dengan Korea Utara? OSO mengatakan  pihaknya akan melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo.

"Saya kira, kunjungan Ketua Parlemen Republik Korea Mr. Chung Sye-kyun itu sebelumnya juga sudah bertemu Presiden Jokowi. Bisa jadi, saat pertemuan dengan Bapak Presiden, mereka juga mengutarakan hal yang sama. Karenanya, tentu kami akan mengomunikasikan hal ini dengan Bapak Presiden. Kan segala sesuatunya harus dirapatkan dulu. Apalagi ini menyangkut antarnegara," ujar OSO. 

"Yang jelas, hubungan bilateral Indonesia dengan Korea Selatan selama ini sudah baik. Soal penurunan perdagangan antarkedua negara, itu memang akibat situasi internasional, termasuk Asia dan ASEAN yang terkena dampaknya. Kalau pun begitu, alhamdulillah kita masih lebih baik," ujar Ketua Umum Partai Hanura ini.

Sebelumnya, saat melakukan pertemuan dengan Ketua MPR Zulkifli Hasan, Chung Sye-kyun mengharapkan agar Indonesia menjadi salah satu negara yang berperan menjadi mediator dalam rangka membangun kembali hubungan baik Korea Selatan dan Korea Utara.

Dalam pertemuan tersebut, Ketua MPR menegaskan, Indonesia ingin mempererat persahabatan dengan Korsel yang selama ini sudah terjalin dengan baik.

"Tenaga kerja Indonesia tidak ada yang dipulangkan ketika terjadi krisis tahun 2008. Hal itu karena ada persahabatan yang kuat antara Indonesia dan Korsel," kata Zulkifli.

Dia menjelaskan, hubungan Indonesia dan Korsel sudah sangat erat dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya saat Indonesia dilanda krisis ekonomi pada saat pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tahun 2008. 

"Persahabatan kedua negara (RI-Korsel) sudah teruji beberapa kali, misalnya ketika pemerintahan SBY saat Indonesia menghadapi krisis tahun 2008," ujar Zulkifli yang didampingi Wakil Ketua MPR EE Mangindaan dan Hidayat Nur Wahid.

Politisi PAN itu mengaku, saat dirinya menjabat Menteri Kehutanan, pemerintah Indonesia dan Korsel telah menjalin hubungan mitra strategis dan komprehensif. Hal itu menunjukkan persahabatan kedua negara semakin lama semakin baik.

"'Saat saya menjabat Menteri Kehutanan, antara pemerintah Indonesia-Korea Selatan menjalin kerjasama strategis dan komprehensif," ujar dia.

Menanggapi pernyataan Zulkifli, Ketua Parlemen Korea Selatan Chung Ui Hwa menginginkan hubungan di antara kedua negara bukan hanya sebatas mitra strategis dan komprehensif, namun juga sebagai sahabat serta keluarga.

Dia juga mengatakan, di kawasan Asia, ada beberapa negara besar dan Korsel siap mendukung serta menjalin kerjasama yang kuat dengan Indonesia. "Korea Selatan siap mendukung dan menjalin kerjasama yang kuat dengan Indonesia," pungkasnya. ***