PARAPAT - Sejumlah pengunjung yang berwisata ke kawasan Danau Toba, seperti Kota Parapat, merasa kecewa dengan naiknya harga sejumlah  makanan, minuman dan penginapan saat musim liburan sperti saat ini. 

Salah satu pengunjung dari Kota Medan Yentoni yang menginap di salah satu hotel di Parapat mengatakan, harga hotel biasanya hanya berkisar Rp700 ribu per malam, namun sejak musim liburan akhir tahun, ia harus merogoh kocek jadi Rp800 ribu sampai Rp900 ribu per kamar.

“Harga makanan di beberapa restoran dan rumah makan juga bervariasi naiknya. Nasi sayur pakai telur yang biasanya Rp9 ribu naik jadi Rp15 ribu per bungkus, pakai daging ayam naik jadi Rp20 ribu per bungkus padahal hari biasanya Rp15 ribu per bungkus,” katanya.

BACA JUGA 

Liburan Natal, Pengunjung Padati Mall dan Pusat Permainan

Hari Pertama Kerja Setelah Liburan Natal, Lalu Lintas Medan Ramai Lancar

Menurutnya, banyak hotel dan restoran yang menaikkan harga, karena pengusaha mengambil kesempatan dari suasana perayaan tahun baru.

GoSumut mencoba memantau ke lokasi, selain makanan dan tarif hotel yang naik, di tempat permainan beberapa pengelola permainan juga menaikkan tarifnya. 

Seperti diungkapkan Nasution yang sudah lama menangani permainan banana boat, speed boat, jet sky dan permainan lainnya, kenaikan tarif saat musim liburan sengaja dilakukan guna memperoleh pendapatan lebih. Hal itu dikarenakan pengunjung yang datang ke Parapat tidak seramai hari-hari besar seperti libur Lebaran, Natal dan Tahun Baru. 

“Hanya hari libur seperti ini kami bisa mengambil kesempatan. Untuk jet sky dibanderol Rp200 ribu per setengah jam, kalau mau satu jam bisa jadi Rp300 ribu. Permainan banana boat Rp400 ribu dua kali putaran, speed boat juga dibanderol Rp300 ribu sampai Rp400 ribu untuk dua putaran,” papar Nasution.

Namun berbeda pendapat warga Parapat yang menjual makanan. Menurut dia, harga makanan dan minuman yang naik lantaran banyaknya pedagang musiman yang berjualan dengan harga yang mahal. 

“Biasanya pedagang yang menaikkan harga makanan dan minuman itu adalah pedagang musiman yang mencoba merusak harga pasaran,” tutup salah satu warga.