MEDAN - Hubungan keluarga yang tidak harmonis kerap dijumpai pada masa sekarang. Faktor inilah yang biasanya menjadi penyumbang terbesar seorang pelajar berani terjun ke dalam dunia seks bebas.

Hal ini disampaikan oleh  Risydah Fadillah, M.Psi Psikolog, Sabtu (3/12/2016) kepada Go Sumut melalui pesan elektronik di Medan.

“Permasalahan keluarga seperti perceraian, perselisihan yang tidak terselesaikan dapat memengaruhi kenyamanan seorang anak di dalam keluarga. sehingga ia memilih kehidupan di luar yang ternyata tidak baik dan menyimpang,” ungkapnya.

Risydah mengatakan, seorang remaja juga cenderung ingin diakui oleh lingkungannya, terutama oleh teman. Karena biasanya remaja tidak bisa apa-apa tanpa bantuan orangtuanya. Sehingga timbul keinginan yang kuat dari dalam diri untuk menunjukkan siapa dirinya agar terlihat hebat, yaitu dengan seks bebas.

Remaja juga menghendaki setiap tindakannya bisa dilakukan tanpa diawasi orangtua “Keinginan remaja tersebut dapat dipenuhi dengan tindakannya sendiri tanpa bantuan orangtuanya walapun dengan cara yang tidak benar,” tambah Risydah.

Budaya Hedonisme

Faktor lain pemicu kehidupan remaja untuk melakukan seks bebas adalah budaya hedonisme atau hidup bermewah-mewahan. Biasanya seorang pelajar ingin menikmati kemewahan yang tidak diberikan orangtuanya.

“Sehingga dengan berpenghasilan sendiri melalui jasa seks bebas,  ia dapat bersenang-senang dengan teman-temannya,” tambah dosen Psikologi UMA dan UIN SU Medan tersebut.

Selain itu, pengalaman masa lalu remaja yang tidak menyenangkan, juga kerap menjadi alasan mudahnya remaja melakukan seks bebas, bahkan ada yang menjadi mucikari.

“Karena merasa ia pernah menjadi korban. Sehingga ia mencari korban lain,”kata Risydah yang saat ini menjalani studi Program Doktor di Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.