DEKADE akhir Tahun 2016 ini mendadak muncul adanya persoalan kebangsaan yang dinilai sudah ''meluntur''. Bahkan semangat NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang kian ''melemah''. Lalu kita semua memunculkan tanya. ''Ada apa…?'' Hati tergelitik, seolah nilai-nilai itu memang dan sesungguhnya semakin lumer di terjang erosi dan tergerus dikikis ombak. Jika para pemimpin bangsa ini mulai merasakan persoalan itu, memang benar adanya. Lihat saja secara nyata yang acap muncul di depan mata kita semua dalam acara-acara Apel pagi ketika menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya.

Banyak sikap para pesertanya tidak tegap dan tegas. Ada yang duduk. Ada yang berpeluk tangan bahkan ironinya ada pula yang bermain HP.. Terutama peserta dibagian belakang. Padahal, ketika itu sedang diuji tentang nilai-nilai kebangsaannya. Mereka justru ''Cuek'' aja.

Belum lagi pada hari-hari besar nasional lainnya. Misalnya Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Kita semua miris melihatnya. Tak banyak waga yang pasang bendera. Kenderaan-kenderaan juga masa bodo. Padahal tanpa instruksi pun mereka seharusnya menghargai bahwa pada hari itu adalah hari bersejarah tentang sebuah kemerdekaan yang telah membentuk Negara ini menjadi Negara Kesatuan.

Terkadang juga kita melihat ada sementara aksi unjukrasa yang mencoba menurunkan bendera di depan objek kantor yang menjadi sasaran mereka. Duhhh... Sosok Bendera itu kan punya nilai simbol-simbol kebangsaan. Apa yang salah dengan sang bendera. Seolah simbol itu juga sudah tak dihormati dan dihargai. Padahal lagu Indonesia Raya dan bendera sebagai salah satu pengikat keutuhan berbangsa dan bertanah air termasuk mata rantai simbol mempersatukan NKRI.

Belum lagi dalam acara konteks pembahasan soal sesuatu yang menyangkut persoalan bangsa di DPR karena DPR adalah wadah utusan rakyat (bangsa). Lihat saja banyak anggota yang tidur bahkan bermain Hp, Ada apa ini..?

Contoh di atas, adalah sebagian kecil yang dapat kita saksikan secara realita yang terlihat secara kasat mata bahwa memang terlihat adanya nilai-nilai kebangsaan yang kian tergerus.

Jika saat ini, nilai-nilai itu dicoba untuk dimurnikan kembali. Memang patut untuk dikukuhkan dan menanamkannya kembali ke jiwa para anak bangsa sebelum nilai-nilai itu pupus tersapu gelombang. Bangga lah kita yang memiliki simbol kebangsaan Bhinneka Tunggal Ika. Pancasila dan NKRI yang justru tak dimiliki bangsa-bangsa lain di dunia…!

Indra Sumana adalah wartawan senior tinggal di Pekanbaru. Tulisan Mata Hati ini dipersembahkan khusus oleh penulis untuk pembaca GoNews Grup (GoRiau.com, GoAceh.co, GoSumut.com, GoSumbar.com dan GoNews.co)