REDELONG – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Lhokseumawe, bersama kelompok tani Rintis Pepanyi memanen perdana bawang putih di Gampong Bener Pepanyi, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah, Rabu (5/10/2016). Hal itu dilakukan, untuk mengimbangi kebutuhan bawang putih di dalam negeri. Kepala Kw BI Lhokseumawe, Yufrizal dalam sambutanya saat panen perdana bawang putih menyebutkan, tingginya kebutuhan bawang putih ini belum diimbangi dengan pasokan memadai dari dalam negeri. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, impor bawang putih mencapai 97 persen. Sebagiannya besar berasal dari Cina.

Mencermati kondisi itu, BI Lhokseumawe berkerja sama Pemkab Bener Meriah membuat proyek percontohan budidaya bawang putih di Bener Pepanyi. Kerja sama ini antara BI Lhokseumawe dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan TPH) serta Badan Pelaksana Penyuluhan, pada Maret 2016.

Lanjut Yufrizal, dalam pelaksanaan klaster ini, BI menyediakan bibit dan sarana produksi (saprodi) termasuk mulsa, pupuk, pestisida. Karena ini perdana, petani diberikan pelatihan sesuai tahapan budidaya.

Pada tahap pertama, petani diberikan pelatihan budidaya secara umum oleh Prof Sobir, ahli bawang putih dari IPB Bogor. Selanjutnya, pada level lebih teknis, seperti pemupukan, penyiangan gulma dan pembasmian hama diberikan pelatihan oleh Wagimin, ahli bawang putih dari Karanganyar (Jawa Tengah). Dia juga mantri tani bawang putih sekaligus penangkar bibit di sana.

Kemudian menjelang masa panen, diberikan pelatihan penanganan pascapanen oleh ahli dari Balai Penelitian Sayur dan Buah di Bandung (Jawa Barat). Ketika di sana, petani juga melihat langsung budidaya ke sentra bawang putih di Solo (Jawa Tengah).

Kendala

Sementara itu kata Yufirizal, dalam budidaya bawang putih di Bener meriah kemarin terdapat dua kendala. Kendala pertama adalah kurangnya curah hujan pengaruh cuaca ekstrim akibat pemanasan global. Hal tersebut berdampak kurangnya air pada proses pengumbian.

Kendala kedua adalah terjadinya angin kencang, pada akhirnya lahan menjadi cepat kering, bahkan sempat terlepas mulsa akibat kencangnya angin. Dengan kondisi tersebut, diperkirakan tanaman tumbuh sempurna sebesar 80 persen.

Untuk mengatasi hal itu, petani menyiasati dengan berbagai cara. Antara lain, tidak terlalu sering mencabut gulma, sehingga dapat menjaga suhu di dalam tanah untuk pertumbuhan. “Jika melihat ada gulma di bagian belakang kita, itu bukan pertanda petani ini malas, itu salah satu cara untuk menyiasati dampak lebih parah dari kekurangan air,” kata Yufrizal.

Hadir saat panen tersebut, Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto, Plt Bupati Bener Meriah Rusli M Saleh, Kapolres Aceh Tengah AKBP Eko Wahyudi,, Kepala Departemen Regional-I Dian Ediana Rae, pimpinan KPw BI Provinsi Sumatera Utara dan Aceh, pimpinan perbankan Lhokseumawe, Bener Meriah dan Aceh Tengah, keuchik dan tokoh masyarakat.