MEDAN - Masih ingat dengan almarhumah Ratnawati Gea (20), mahasiswi Kebidanan Universitas Sari Mutiara (USM) Indonesia yang ditemukan tewas di tangga asrama kampus, Jalan Kapten Muslim, Medan, Senin (9/5/2016) lalu.

Hingga saat ini, orang tuanya masih mempertanyakan penyebab kematian putri bungsu mereka. Pasalnya, mereka menilai ada yang aneh dengan kematian calon bidan itu yang disebut polisi tewas bunuh diri.

Karena masih penasaran, ayah kandung Ratnawati Gea, Yaman Gea, mendatangi Polsek Helvetia untuk melihat hasil visum dari RS Bhayangkara Polda Sumut.

Menurutnya, ada faktor lain yang menyebabkan Ratna nekat mengakhiri hidupnya dengan menelan 6 papan obat Malaria, Resochin.

“Kematian Ratna masih menjadi tanda tanya buat keluarga, karena kami mendapatkan beberapa bukti kenapa anak kami ini nekat meminum obat Malaria sampai meninggal dunia,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (2/6/2016).

“Kematiannya ada kaitannya dengan pacar Ratna, kami menduga pacarnya yang bernama Wilmar mengetahui kematian anak kami ini,” kata Yaman Gea.

Yaman menerangkan, dari hasil otopsi yang dijelaskan pihak kepolisian kepada keluarga, korban tewas akibat meminum obat Malaria.

Namun, jelas Yaman, saat diotopsi terlihat kejanggalan, di mana di dalam rahimnya ditemukan gumpalan darah sebesar genggaman tangan seperti janin. Diduga Ratna nekat mengakhiri hidupnya karena sedang hamil.

“Hasil otopsi 3 minggu baru keluar, dan setelah keluar hari itu juga kami datang ke Polsek Medan Helvetia. Di situ kami mendengar keterangan dari polisi bahwa anak kami meninggal karena meminum obat Malaria dan di dalam rahimnya ditemukan sel telur (hamil). Kami langsung mencurigai pacarnya si Wilmar itu,” terangnya.

Mendapatkan semua keterangan penyebab kematian Ratna, pihak keluarga pun mencari tahu dari teman dekat korban di Kampus Sari Mutiara.

Keluarga menemukan kejanggalan, barang-barang milik Ratna seperti Laptop, HP dan sisa uang Rp 700 ribu tidak ada di dalam kamarnya, tapi berada di tangan seorang pria bernama Wilmar yang disebut pacar korban.

“Si Wilamar itu memang kami tahu dia adalah pacar anak kami dan setelah meninggal, kami mencari keberadaan Wilmar di mana, tapi dia tak terlihat hingga 4 hari,” tambahnya.

“Kami mencari di mana keberadaan Laptop, Hp dan uang Rp700 ribu itu, tapi tak ada di dalam kamar anak kami. Kami mencari sama kawan-kawannya. Selang beberapa hari, datang pihak Kampus marga Harefa menjumpai kami dan memberikan Laptop dan Hp milik anak kami. Lalu kami pun bertanya dari mana laptop ini dan katanya dari si Wilmar,” tambah Karyati Gea, ibunda Ratna.

Karyati menambahkan, ada seorang teman kampus anaknya bernama Retno mengetahui permasalahan Ratna dengan Wilmar. Beberapa waktu lalu Retno sempat menceritakan bahwa Ratna dipukul pacarnya, Wilmar, tepat di depan matanya.

“Penyebab kematian anak kami ini harus terungkap. Kami menduga bahwa Wilmar mengetahui penyebab kematian anak kami, karena Ratna pernah cerita dia diberikan cincin oleh Wilmar. Temannya si Retno itu sudah jelas menceritakan, bahwa si Ratna sering mendapat tekanan dari Wilmar, seperti ketakutan dan Ratna tetap tunduk kepada wilmar,” kata Karyati.

Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Medan Helvetia, AKP Herison Manulang SH mengatakan, pihaknya sudah memeriksa saksi dan pacar korban, Wilmar.

“Jenazah korban sudah diotopsi, dan hasilnya sudah keluar. Benar bahwa korban meninggal setelah meminum obat Malaria. Memang ada ditemukan seperti bulatan sebesar genggaman tangan di rahim korban, seperti wanita hamil. Namun, untuk memastikan siapa bapak dari kandungan itu kita harus tes DNA. Kalau pacarnya itu sudah kita periksa, tapi dia tidak mengakui dan katanya dia hanya berteman dengan korban sering pergi gereja bersama,” pungkasnya. ***