SAMOSIR - Saat ini, beberapa wilayah di Kabupaten Samosir tengah memasuki musim panen padi. Namun beberapa warga petani mengaku ada penurunan hasil panen untuk tahun ini, selain sempat terancam kemarau, juga ada faktor lain munculnya hama baru, kelompok reptilia bersisik berkaki empat, yaitu kadal. Salah satu petani yang sudah memanen seluas empat rante lahan padinya, Herbin Simarmata (58), warga desa Pardugul, Kecamatan Pangururan, kepada Gosumut.com, Kamis (4/4/2024) yang tengah menjemur padi yang dipanen sehari lalu, mengaku hasil panennya dari empat rante tersebut turun drastis.
 
"Biasanya dari empat rante bisa mencapai hasil sekitar 80 kaleng padi. Tapi kali ini kita hanya dapat sekitar 54 kaleng. Memang sempat terancam kemarau, namun kita langsung melakukan pertolongan dengan pompa air sebanyak dua kali sebagai upaya antisipasi gagal panen," ungkapnya.
 
 
Disisi lain, kata Herbin, ada faktor lain yang menyebabkan turunnya hasil panen padi tahun ini, dan hal itu sudah terjadi pada tahun sebelumnya. Namun tidak separah kali ini yang menurutnya hampir 90 persen lahan padi terimbas.
 
"Dulu, hanya keong mas dan tikus yang menggangu. Sekarang muncul lagi kadal, yang bila saya amati, hampir 90 persen petani padi mengalami gangguan dari kadal itu," terang Herbin.
 
Ia menuturkan, kadal ini sifatnya tidak seperti keong mas yang memakan habis batang padi saat selesai di tanam. Karena keong mas biasanya mengganggu pertumbuhan padi, sesaat setelah tanam hingga dua-tiga minggu setelah tanam, namum kini sudah ada solusi penanganannya.
 
Untuk hama tikus sendiri, lanjutnya, juga sudah ada solusi walau belum maksimal. Dan tikus biasa mengganggu saat padi sudah mulai berbulir, dan sepertinya pengaruh yang timbul untuk hasil panen lebih sedikit daripada gangguan dari kadal tersebut.
 
Sementara untuk kadal sendiri, sambung Herbin Simarmata, hadir saat padi sebelum dan sesudah berbulir, namun tidak memakan bulir padi melainkan mematahkan batang padi tanpa pilih-pilih.
 
"Herannya, padi tidak dimakan, hanya dipatahkan saja tanpa pilih-pilih. Makanya banyak batang padi yang ikut terjemur," ujar Herbin sembari menunjukkannya.
 
Lebih lanjut, Herbin juga menyampaikan, selain faktor gangguan hama kadal dan lainnya, faktor pengolahan lahan juga mempengaruhi hasil panen.
 
Ia menyebut, pengolahan lahan menggunakan traktor roda dua yang dioperasikan secara manual, berpengaruh pada hasil bila masa tanam menemui musim kemarau. 
 
"Sesuai pengalaman, pengolahan lahan tanam menggunakan hand traktor juga bisa berpengaruh terhadap hasil panen. Bila musim kemarau, air tidak bertahan lama pada lahan padi yang diolah dengan hand traktor," jelasnya.
 
Sementara, lanjut Herbin menjelaskan, bila pengolahan lahan tanam menggunakan rotary traktor roda empat, air akan bertahan lebih lama, sehingga bagus penggunaannya bilamana masa tanam menemui musim kemarau.
 
"Perbedaannya, bila menggunakan rotary traktor roda empat padahal kita memprediksi masa tanam akan menemui musim penghujan, justru tidak baik untuk padi. Karena lahan yang sudah ditanami, sesekali perlu juga kering untuk membantu peranakan batang lebih cepat," terang Herbin.
 
Kembali, mengenai munculnya hama kadal kali ini, mewakili warga petani padi, ia berharap Pemerintah Kabupaten Samosir melalui Dinas yang membidangi dapat menemukan solusi atas gangguan kadal tersebut.
 
"Harapan kita sebagai petani, Pemerintah Kabupaten Samosir oleh Dinas terkait, bisa menemukan solusi untuk mengatasi gangguan kadal ini. Juga intens memberikan informasi perkiraan cuaca yang akurat untuk membantu masyarakat petani menentukan musim tanam, tidak hanya untuk padi, tetapi untuk semua jenis tanaman pangan lainnya. Sehingga hasil panen petani bisa terus meningkat," tutup Herbin Simarmata.
 
Sebelumnya, masalah gangguan kadal untuk tanaman padi ini, juga pernah dibicarakan oleh salah satu kelompok tani yang ada di Desa Pardugul, yaitu kelompok tani Jadima pada saat pertemuan rutin bulanan kelompok tani, pada bulan Maret lalu yang langsung dihadiri Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Samosir, Aljon Sitanggang.
 
Dari hasil diskusi, PPL kala itu menyampaikan, hingga saat ini belum ada solusi penanganan gangguan untuk hama baru kadal, dan menurutnya hal itu terjadi akibat terganggunya habitat kadal tersebut.
 
"Sejauh ini belum ada solusi yang bisa kita berikan. Bila saya menyebut, kadal ini muncul dan menjadi pengganggu bagi tanaman padi, karena habitatnya telah terganggu," singkat Aljon Sitanggang pada pertemuan kelompok tani Jadima saat itu.
 
Pantauan Gosumut.com, dari hasil konfirmasi kepada PPl, Aljon Sitanggang yang bertugas untuk desa Pardugul, Panampangan, dan Sitolu Huta, dengan kisaran luas 155 hektar lahan padi yang ada untuk lima desa, yakni desa Pardugul dengan luas sekitar 55 hektar, Panampangan luas sekitar 50 hektar, Sitolu Huta luas sekitar 10 hektar, Parlondut luas sekitar 15 hektar, dan desa Sianting-anting luas lahan padi sekitar 20 hektar, bulan ini sudah selesai masa panen.
 
Untuk hasil sendiri, terpantau, sebagian besar ada yang mengalami peningkatan dan sebagian lainnya mengalami penurunan yang dimungkinkan karena sempat terancam gagal panen akibat kemarau, akibat gangguan hama kadal, dan gangguan hama lainnya.