Toba - Ditengahnya hebohnya pemberitaan tuan rumah penyelenggara Event F1H2O dan Aquabike 2025 pindah ke Kabupaten Samosir menjadi topik pergunjingan hangat di masyarakat Kabupaten Toba. Dalam berbagai pergunjingan/pembahasan di beberapa kedai Kopi ataupun Caffe Resto di Toba memunculkan berbagai tudingan miring terhadap kepemimpinan Bupati Toba Poltak Sitorus berikut jajaran kabinet pejabat dibawahnya di Pemerintahan Kabupaten Toba saat ini 2024.

Program pembangunan yang di usungnya waktu kampanye Pemilihan Kepala Daerah tahun 2020 lalu "Toba Unggul dan Bersinar".setelah menduduki tampuk kepemimpinan berbagai slogan slogan programnya lahir seperti, Batak Naraja, Tarhilala, Pature Torus - Torus Pature, Pariwisata Toba Bangkit dan Harus jadi Pemenang, Hipas/HIBAS, pertanian yang lebih maju dengan program Tanam Dua Kali Panen Dua kali berikut janji yang pernah disampaikannya waktu mencalon jadi Bupati Toba akan mendirikan Rumah Sakit Internasional dan Kereta Gantung.

Dari program yang diusung tersebut tidak terbuktikan dengan nyata untuk dirasakan oleh warga masyarakat Toba dan seperti terkesan hanya sebatas slogan yang digembar gemborkan di publik oleh jajaran pejabat yang dibawahnya tanpa realisasi yang nyata. Demikian di ungkapkan oleh seorang warga Laguboti yang berprofesi sebagai Advocat di kantor Hukum Pengacara Rakyat, Adhikara Hutajulu tenar di jagad dunia maya Media Sosial dengan sebutan nama "Sang Api".


Adhikara Hutajulu dalam sesi bincang bincangnya dengan gosumut.com di Laguboti Senin, (01/4/2024) juga menyampaikan, Poltak Sitorus sebagai Bupati tidak punya konsep dan gambaran tentang pembangunan Pariwisata di Toba, sehingga terkesan berjalan tanpa arah.

Ini bisa dilihat dari banyaknya tempat wisata yang dibangun degan biaya Puluhan Milliar Rupiah malah jadi terbengkalai/terlantar dan terkesan ditinggalkan.seharusnya kawasan wisata yang sudah dibangun harus digenjot dalam pemanfaatan serta perawatannya supaya bisa menghasilkan penambahan PAD Pemkab Toba dari sektor kepariwisataan dari berbagai lokasi kawasan wisata yang telah dibangun.ucapnya melanjutkan perbincangan.

Lanjut Adikhara, Hal ini diperparah lagi degan keberadaan Ibu Rusti Hutapea sebagai Kepala Dinas (Kadis) Kebudayaan dan Pariwisata yang menurut hemat saya bahkan mungkin publik seantero jagad raya Toba ini mengatakan beliau itu nota bene tak memiliki basic kemampuan tentang manajeman kepemimpinan Kepariwisataan.

Seharusnya sebagai Kadis beliau itu harus dapat dan lebih mampu menutupi kelemahan dan kekurangan bapak Bupati Toba Ir.Poltak Sitorus sebagai atasannya dengan memunculkan berbagai ide - ide kinerja Kepariwisataan dalam mendukung program "Toba Unggul dan Bersinar" dari dunia kepariwisataan.dimana beliau selaku jajaran pejabat bawahannya Bupati dengan kemampuan manajemennya sebagai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, tapi faktanya tidak.kata Adhikara.

Adhikara juga menyebutkan, Poltak Sitorus tak punya konsep untuk membangun Dunia Pariwisata Kabupaten Toba dan Kadis Kebudayaan dan Pariwisata tidak punya hati berikut berbagai konsep pemikiran yang brilian didalam mengelola dan mengeksekusi visi misi Bupati Toba di bidang Pariwisata dan Kebudayaan. amatan kita kesannya, yang penting bisa menduduki jabatan Kepala Dinas di Pemerintahan Kabupaten Toba.sebagaimana informasi yang kita dengar, duduknya beliau itu didukung oleh seorang oknum pejabat tinggi di NKRI ini.terlepas ini benar atau tidak, kita tak taulah, namun inilah saat ini yang disebut sebut dalam setiap perbincangan warung kopi di Kab.Toba oleh masyarakat Toba yang mengikuti perkembangan dunia Politik dan pembangunan di Kabupaten Toba.

Lanjut Adhikara, bukan rahasia umum lagi, kita lihat banyak bangunan bangunan Dinas Pariwisata yang menghabiskan Anggaran uang Negara (uang Rakyat) tidak efisien dimanfaatkan dan ini terkesan pemborosan anggaran degan hanya satu alasan "standart internasional".

Dengan apa yang sudah terjadi saat ini sehingga terkesan Kadis Kebudayaan dan Pariwisata "menjerumuskan" Bupati Toba Poltak Sitorus ke penilaian yang tidak baik oleh masyarakat umum khususnya masyarakat Toba. Seperti halnya pembangunan Toilet dan perlengkapannya di Tambunan Lumban Pea degan biaya Rp.800.000.000,-.

Apa ini tidak pembodohan dan pemborosan ?? Sekarang ini tidak perlulah toilet berstandart internasional, fungsinya jelas untuk mandi, berak, Kencing atau ganti pakaian.

Yang perlu itu bukan toilet berstandart internasional tetapi tempat wisata yang dikenal internasional.tandas Adhikara.

Ini saya katakan karena yang berkunjung di lokasi wisata kita ini kebanyakan dari kita ke kita warga Toba saja. mana wisatawan manca negara yang digadang gadang itu??? La...wong F1H2O dan Aquabike sudah santer beritanya pindah, yang menyebutkan untuk tuan rumah penyelenggara Event F1H2O dan Aquabike di tahun 2025 Kabupaten Somosir.malumma......!!!...tandas Adikhara Hutajulu Advocat dari Kantor Hukum Pengacara Rakyat.