MEDAN - PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) menggelar buka puas bersama media, Sabtu (24/3/2024). Kegiatan ini sebagai upaya memperkuat silaturahmi yang selama ini terjalin, JNE Cabang Medan bersama JNE Silangit bersama media.
 
Hadir dalam acara ini Kepala Cabang Utama JNE Silangit, Yayang Fitrajaya, Kepala JNE Medan yang juga Ketua DPW Asperindo Sumut, Fikri Al Haq.
 
Dalam kesempatan ini Fikri memaparkan pentingnya peran logistik dalam perekonomian Indonesia di era digital saat ini.
 
Apalagi Kementrian Komunikasi dan Informatika tahun 2020 menargetkan 6 juta UMKM go online. Logistik berperan penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat secara personal, terlebih new normal masyarakat memenuhi kebutuhan pangan dan sandang nya melalui pembelian online dan didistribusikan oleh kurir.
 
Di Sumut lanjutnya, pertumbuhan logistik, meningkat rata rata 20% per tahunnya. Meski demikian ekosistem logistik saat ini masih menghadapi berbagai tantangan.
 
Fikri menjelaskan beberapa di antara tantangan tersebut, seperti kualitas sumberdaya manusia serta riset dan teknologi yang masih kurang di bidang logistik.
 
"Saat ini Sumatera Utara belum memiliki perguruan tinggi di bidang logistik, sehingga pemerintah seyogianya mendorong perguruan tinggi membuka program studi logistik, agar dapat menyiapkan sumber daya manusia logistik yang kompeten, juga riset dan teknologi yang dapat menjawab kebutuhan logistik," harapnya.
 
Kemudian, tantangan lainnya kemudahan cross border produk asing dari China dalam Marketplace langsung ke Medan. Kondisi ini mengancam produk Usaha Mikro Kecil (UMK) dan seller-seller lokal. Sehingga imbasnya menyebabkan potensi pengiriman barang menurun.
 
"Maka kita berharap Pemerintah Provinsi Sumatera Utara harus menerapkan kebijakan barrier laju cross border produk asing ke Sumatera Utara," imbuhnya.
 
Selanjutnya, adanya aturan Omni Bus Law UU Cipta Kerja yang memungkinkan perusahaan asing
pengiriman express dan logistik untuk membuka bisnis sampai ke tingkat kabupaten/ kota. 
 
"Kebijakan ini akan mengancam keberlanjutan perusahaan logistik local/nasional di Sumatera Utara," ujarnya. 
 
Tantangan lainnya, menyusul mega change pasca Covid-19 dan meningkatkan ongkos logistik udara, membuat UMKM dan seller tidak mampu bersaing memasarkan produk ke domestik (Jawa, Kalimantan dan Sulawesi). Sehingga pengiriman barang cenderung destinasi tujuan intra wilayah Sumatera Utara dan Regional Sumbagut (Riau, Aceh, Sumatera Barat) saja.
 
Kenaikan harga kargo udara di Bandara Kualanamu mengakibatkan naiknya tarif pengiriman yang dibebankan kepada pelanggan. 
 
"Perlu diketahui bahwa tarif kargo udara adalah cost component utama dalam jasa logistik. Maka dari itu Pemerintah Sumatera Utara perlu mendorong para pengelola kargo Bandara Kualanamu agar memberikan tarif kargo proporsional," sarannya.
 
Selanjutnya, pembangunan infrastruktur jalan tol di Sumatera Utara memberikan peluang percepatan pengiriman dan logistik, namun biaya operasional pengiriman akan lebih tinggi.
 
Selain itu, ancaman keamanan bajing loncat-pungli-begal sangat sering dialami perusahaan logistik. Sehingga merugikan baik perusahaan dan utamanya masyarakat Sumatera Utara pemilik barang.