TOBA - Even internasional F1 Powerboat (F1H20) yang digelar di Balige dihadiri Ribuan pengunjung yang sengaja datang dari berbagai wilayah dan manca negara untuk menyaksikan even internasional yang digelar 1 kali dalam 1 tahun ini. Dimana sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati, even ini akan digelar selama 5 tahun dan sudah sukses digelar 2 kali (tahun 2023 dan 2024)
 
Ditengah berlangsungnya event F1 Powerboat (F1H2O) Indonesia Lake Toba 2024 di Danau Toba Balige Kabupaten Toba dari tanggal 1 - 3 Maret 2024 (Jumat - Minggu).
 
Ada hal yang yang janggal di bangunan fisik kawasan Veniue F1H2O Bontean Muliaraja Balige. Pasalnya, pada dinding tepian tembok penahan tanah (TPT) untuk menahan hempasan ombak air Danau Toba telah mengalami retakan.
 
Retakan tersebut mulai membesar dan memanjang.
Dilihat dari keadaan kondisi fisik bangunan, dinding ini terkesan asal dibangun. Hal ini terlihat sepertinya bangunan tersebut tidak memakai pondasi. Di mana untuk sebelum pemasangan harusnya diawali dengan penggalian untuk pemasangn pondasi yang lebih kokoh layaknya tepi danau untuk menjaga hantaman ombak air Danau Toba.
 
Akibatnya dinding bangunan penahan tanah dan ombak air danau Toba mengalami gerusan mengancam akan roboh hingga mengalami retakan yang sudah mulai memanjang. Bangunan penahan tanah dan penahan ombak tersebut juga sudah mulai mengalami kemiringan.
 
Walaupun dinding tersebut sudah mengalami retakan dan kemiringan, ditengah berlangsungnya even F1 Powerboat (F1H2O) Indonesia Lake Toba 2024 "Pertamina Grand Prix of Indonesia" ratusan pengunjung duduk diatasnya dengan santai tanpa mereka sadari adanya bahaya yang mengancam keselamaatan mereka dimana mereka duduk.
 
Pemerhati pembangunan Toba, Ir. J.Rinaldi Hutajulu  Senin, (4/3/2024) menyampaikan, pelaksanaan pembangunan Bontean Muliaraja Balige hingga veniue F1H2O dimasa pembangunannya terkesan main kebut alias kejar tayang.
 
Dimasa pembangunan saat itu sebutnya, sepertinya tidak melakukan analisa perhitungan dan perencanaan yang tepat oleh konsultan bangunan. Termasuk analisis tekanan dan kekuatan ombak air danau toba yang menghantam tepiannya dan ketinggian debit air danau toba dimasa musim penghujan dan di masa musim kemarau.
 
Hal tersebut lanjut Ketua Sumatra Forest ini supaya bisa disesuaikan dengan posisi pembangunan fisik atau kodisisi keberadaan fisik bangunan ke air Danau Toba. 
 
Ditegaskan Rinaldi, debit air Danau Toba tidak selamanya normal atau tetap dengan kondisi awal, ada kalanya menyurut karena kemarau dan naik lebih tinggi dikala musim penghujan turun.
 
Hal inilah yang terjadi dialami bangunan fisik veneu F1H2O Lapangan Sisingamngraja XII Balige hingga Bontean Muliaraja Balige.
 
Dimana pada Veniue F1H2O sebagian dari fasilitas pendukung fisiknya telah tenggelam di benam air Danau Toba dan ada fisik bangunan yang retak.
 
 
 
Menurutnya, perencanaan yang tidak matang dan bahkan abai ini bisa dilihat dari kegagalan design pada pelataran depan venue F1H2O yang berbatasan dengan Danau. Di mana pelataran tersebut konstruksinya dilapis grass block dan ditanami rumput, sementara pada bagian pinggirannya ditanami tanaman hias jenis perdu pucuk merah. 
 
Keadaan sekarang pelataran tersebut kondisinya sudah tergenang air, grass block sudah terendam air, rumput yang ditanam sudah mati termasuk tanaman hias perdu pucuk merah pun batangnya terendam air dan tiap saat selalu terhempas terjangan air ombak danau Toba akibat tidak adanya pembatas permanen antara pelataran tersebut dengan danau.
 
Untuk pembatas, hanya dipasang karung yang diisi pasir yang saat ini kondisinya sudah babak belur.
 
Inilah akibat kesalahan analisa awal yang tidak menjadi pertimbangan konsultan perencana dan akibatnya bisa dilihat dilapangan. Hal ini akibat dari bangunan kejar tayang, jadinya asal jadi tanpa ada perencanaan yang akurat dari Konsultan.
 
"Apakah consultan perencana venue F1H2O tidak melakukan kajian atau analisa site..? juga tidak memiliki data atau tidak mendapatkan data bahwa pada musim hujan elevasi danau Toba akan naik? atau memang demikian kah designnya..?," Tanya Rinaldi.
 
Sejak kapan material grass block diposisikan dibawah permukaan air danau, rumput apakah yang ditanam tersebut sehingga mampu hidup dibawah permukaan air, sambungnya.
 
Demikian juga lapangan venue yang akan tergenang jika terjadi hujan akibat elevasi kemiringan yang sangat buruk... atau memang inikah karya maksimal sang kontraktor yg katanya perusahaan BUMN itu???..
 
Pemandangan yang akan terus terlihat sepanjang venue F1H2O itu ada, pungkas Rinaldi.