TOBA - Ulos Batak (kain hasil tenun khas suku Batak) adalah salah satu ciri khas identitas budaya suku Batak, yang keberadaannya diciptakan berdasarkan keahlian serta ide dan buah pemikiran dari nenek moyang suku Batak di zaman terdahulu, hingga terwariskan kepada suku Batak hingga di zan modern saat ini. Untuk menghargai dan menghormati Ulos Batak yang menjadi salah satu maha karya Leluhur Suku Batak dalam seni budaya Batak ini digelar rangkaian Peringatan Hari Ulos Nasional di Balige Kabupaten Toba Senin, (16/10/2023) yang seyogianya untuk peringatan Hari Ulos Nasional diperingati setiap tanggal 17 Oktober setiap tahunnya.

Dalam gelaran acara Peringatan Hari Ulos Nasional ini Bupati Toba Poltak Sitorus bersama unsur Forkopimda menerima Ulos Batak yang diklaim menjadi ulos Batak terpanjang di dunia dengan panjang 1000 meter.

Ulos sepanjang 1000 Meter ini diarak oleh Ratusan pelajar dan ASN Pemkab Toba dari Soposurung ke Galeri Dekranasda Toba di Pasar Balerong Jalan Sisingamangaraja XII, Balige Kabupaten Toba.

Dalam kesempatan tersebut Bupati Toba Poltak Sitorus dalam sambutannya menyampaikan, supaya masyarakat untuk tidak mencampur aduk antara agama dan budaya.

"Apapun agamanya, tidak salah menurut saya, kalau kita sama-sama melestarikan budaya kita ini. Ulos adalah alat untuk mempersatukan kita dalam hubungan keberagaman agama, (maupun) warna kulit. Tapi dengan ulos, kita punya budaya yang sama," kata Poltak Sitorus.

Lanjutnya, dalam pemberian ulos di berbagai acara acara adat serta berbagai acara resmi di Pemerintahan adalah sebagai tanda kasih (holong) kita kepada seseorang. Salah satunya disaat memberikan ulos Batak di acara adat Kawin (menikah) yang disebut Ulos Holong.

"yang arti harfiahnya Ulos itu adalah sebagai salah satu alat atau sarana untuk menghangatkan tubuh/badan serta juga sebagai pemersatu jiwa diantara sesama baik yang menerima maupun yang memberikan".

Dalam tatanan adat budaya Batak, disaat acara memberikan ulos kepada seseorang, Keluarga atau Kerabat maupun seseorang yang dituakan dan dihormati, selalu disertai dengan rangkaian ucapan doa yang berbentuk Pantun (yang dalam bahasa Batak disebut Umpasa).

Dalam penyematan (pemberian ulosnya) selalu menegaskan bukan ulos-nya yang memberkati tetapi itu sebagai simbol jalan perantara doa yang disampaikan kepada Tuhan yang Maha Kuasa dan menyakini ulos itu sebagai pembawa berkat Tuhan, sebagaimana kita mempercayai Tuhan ALLAH yang kita percayai dan imani masing-masing, Dia lah yang memberikan dan menypaikan berkat itu,".

Dalam filosofinya Ulos Batak itu, selalu di umpamakan untuk Umur yang panjang, berketurunan yang banyak dan selalu dalam perlindungan Tuhan.inilah harapan-harapan dalam ucapan doa yang selalu diucapkan saat memberikan ulos, sebagaimana dengan ciri-ciri ulos Batak yang berbentuk kain tenunan panjang dengan warna dan ragam corak khasnya yang tersendiri serta memiliki banyak rambu (benang yang dipintal pada kedua ujung pangkal kain ulos Batak) serta berbahan tenunan yang tebal.

Oleh karena ke Khasan Ulos Batak yang dimiliki Suku Batak sebagai salah satu maha karya nenek moyang suku Batak yang terwariskan kepada kita sebagai generasi penerus suku Batak, mari bersama sama kita lestarikan Ulos Batak sebagai identitas Budaya suku Batak yang khas.

Bupati Poltak Sitorus juga menyampaikan harapannya, Melalui pertemuan ini perayaan hari Ulos Nasional tahun 2023 ini kita sepakati, "kita harus punya topi untuk Batak Toba.

Untuk hal Ini perlu diatur, supaya ada keseragaman.Selamat hari Ulos Nasional, 17 Oktober 2023, harapan kita Negara mengesahkan ini, kiranya Tuhan memberkati,"tegasnya.

Sebagaimana dihimpun informasi, untuk Rangkaian Pawai Ulos Batak ini diprakarsai oleh Yayasan Pusuk Buhit yang bekerja sama dengan sejumlah Pemerintah Kabupaten sekitar kawasan Danau Toba.

Peringatan Hari Ulos Nasional di Balige ini, dihadiri sejumlah pengurus Yayasan Pusuk Buhit, diantaranya Efendi Naibaho, para perajin Perajin Ulos dan perajin/pembuat ulos 1000 meter yang diarak untuk perayaan Hari Ulos Nasional, Akademisi Manguji Nababan, panitia lokal Rudolf Manurung, Sekdakab Toba Drs.Augus Sitorus, beberapa pimpinan Organisasi Perangkat Daerah, tokoh masyarakat dan adat serta para undangan lainnya.

Efendi Naibaho dalam penuturannya kepada beberapa awak Media usai acara arak arakan Ulos Batak, kegiatan di Balige ini merupakan rangkaian acara yang sama mengarak ulos dimulai pada Minggu, (15/10/2023) dari Kabupaten Samosir melewati beberapa daerah kabupaten SE kawasan Danau Toba salah satunya Kabupaten Toba.


Sesuai jadwal route yang direncakan oleh panitia unutk finish arak arakan Ulos Batak 1000 Metar ini nanti di Open Stage Parapat, Kabupaten Simalungun pada 17 Oktober 2023.ungkapnya.

Disampaikan Efendi Naibaho, tanggal 17 Oktober ini sudah diusulkan ke Presiden RI dan DPR RI agar ditetapkan sebagai Hari Ulos Nasional.Peringatan kali ini sudah ke-9 sejak 2014 dan usulan penetapan Ulos sebagai warisan budaya Non Benda sudah dilakukan sejak tahun 2015.

Ia juga meminta dukungan dan doa semua masyarakat Batak dimana pun berada di seluruh Dunia ini supaya harapan penetapan Hari Ulos Nasional ini segera terwujud.