MEDAN - Saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia, Greenville Farm yang merupakan shipper Ninja Xpress berlokasi di Jakarta Barat beralih bisnis membangun usaha sektor pertanian sayur organik. Brand owner Greenville Farm, Bobby Agus dalam small discussion and interview bersama Ninja Xpress, baru-baru ini, menuturkan awal dirinya mengelola bisnis sport center.
 
Namun karena kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat operasional bisnis tersebut terpaksa dihentikan. Kondisi ini berimbas pada karyawan yang harus dirumahkan.
 
Namun ia tidak ingin merumahkan karyawannya. Ia pun mencari solusi bisnis apa yang bisa digeluti di masa pandemi. 
 
"Pada saat itu kami berpikir, mencari bisnis apa yang esensial. Dimana saat itu, yang diperbolehkan beroperasi hanya usaha-usaha esensial. Karenanya berpikir bagaimana caranya membuat usaha yang esensial. Tujuannya mengurangi dampak karyawan yang akan dirumahkan," ujarnya, dalam acara discussion yang dipandu Head of PR Ninja Xpress, Ribka Pratiwi.
 
Hingga akhirnya lanjut Bobby, salah satu teman yang pernah sekolah aquaponik di Australia dan Amerika, menyarankan untuk memulai usaha hidroponik sayuran. Kemudian melakukan riset dan mulai merintis usaha hidroponik ini pada April 2020.
 
Dalam riset ini, Bobby mengaku menemukan metode hidroponik ini, sebenarnya sudah ada sejak zaman Romawi kuno. Namun saat ini, dibuat dengan konsep modern, yang tidak merusak lingkungan dibandingkan penanaman konvensional.
 
Ia juga menyebutkan, melalui pertanian hidroponik ini, bisa memanfaatkan lapangan yang terbatas. 
 
Disini lanjutnya, Greenville Farm memulai pertanian sayur hidroponik dengan mengubah lapangan tenis menjadi kebun sayur. Meski saat itu, karyawannya tidak memiliki latar belakang pertanian, namun mereka mau belajar secara independen. 
 
Pada Oktober 2020, Greenville memulai panen pertamanya, tapi sayang, sayuran tersebut harus dibagikan secara gratis karena tidak mendapat respon cukup baik di sekitaran Jakarta Barat. 
 
Hasil panen pun tidak laku dijual ke supermarket, selain karena biasanya sudah memiliki supplier besar, stok produk sayuran hidroponik di supermarket saat itu sudah cukup melimpah. 
 
Sehingga akhirnya Greenville Farm memilih untuk menjual produk mereka langsung ke konsumen dengan bekerja sama dengan fasilitas pengiriman same day Ninja Xpress dan berdampak baik bagi UKM sampai dengan saat ini.
 
Hidroponik
 
Greenville juga menggunakan fasilitas lainnya, yaitu foto dan video produk di Ninja Xpress. Oleh karena produk yang dijual adalah sayur hidroponik, ada keunikan tersendiri dalam proses pengiriman maupun proses produksi konten pemasarannya.
 
Saat ini Greenville memiliki 12 varian produk sayuran di antaranya, kangkung, bayam, slada, pakcoi, sawi. Dalam memasarkan aneka sayuran ini dibandrol Rp 15 ribu -25 ribu per kemasan dengan berat 250 kg.
 
Ia menyebutkan, sayuran yang dipasarkan ini aman untuk konsumsi. Karena sudah lulus uji kementan RI dan dinas ketahanan pangan. Selain itu juga sudah memiliki Izin Pangan Segar Asal Tumbuhan Produk Dalam Negeri (PSAT PD).
 
Sedangkan untuk channel penjualannya menggunakan whatsApp, ecommerce, dan penjualan lewat gym. Ini setelah sport center kembali operasional, warga yang berolahraga bisa langsung belanja sayuran dan dibawa pulang.
 
Dalam kesempatan yang sama ia mengaku optimis, jika 20 hingga 30 tahun kedepan, metode pertanian hidroponik ini yang paling sustainable. Sebab jika mengggunakan pola pertanian konvensional, harga tanah akan lebih naik, petani akan memilih hal yang lebih mempunyai jual tinggi. Sehingga efeknya pertanian akan merambah ke daerah pinggiran.