MENENGOK gambar dan video menyelam Dado Harahap di Instragram-nya @dadozhuharahap bikin follower teringat film Avatar: The Way of Water. Dalam film ini ada bangsa laut Metkayina yang mampu menyelam dan berenang bak ikan di bawah air. Atau, biar lebih nyata, simak Suku Bajo di timur Indonesia. Mereka lebih dikenal sebagai Suku Laut, yang membangun rumah dan perkampungan di hamparan laut  Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Kehidupan mereka dekat dengan laut. Saking dekatnya, orang Bajo bisa bertahan di bawah laut tanpa alat bantu apa pun hingga 18 menit!

Kabarnya, Sutradara James Cameron, terinspirasi Suku Bajo untuk menghadirkan bangsa laut Metkayina di film Avatar: The Way of Water tersebut. Makanya, aksi selam Dado Harahap di story dan beranda Instagram-nya mengingatkan para follower terhadap film box office itu beserta kehidupan kaum laut Suku Bajo.

Dado meliuk-liuk di bawah air tanpa alat bantu pernafasan, bak ikan. Dia kadang berkaki telanjang, tapi lebih sering menggunakan fins sehingga kedua kakinya mirip ekor ikan. Dado sanggup menahan nafas hampir dua menit di dalam air. Maklum, dia bukan dari suku Bajo yang lahir dan besar di laut, tapi kemampuan bertahan dua menit di bawah air adalah pencapaian luar biasa bagi kebanyakan manusia. Bahkan, menurut lelaki bernama asli Zuhrinsah Harahap ini, sejumlah temannya sesama penggemar selam justru ada yang sanggup menahan nafas selama 3 hingga 3,40 menit di bawah air.

Dunia selam menyebut kegiatan Dado dkk itu sebagai freediving.Beda dengan scubadiving yang butuh bantuan tabung oksigen untuk membantu penyelam bernafas, freediving adalah kegiatan menyelam bebas yang mengandalkan teknik menahan nafas di bawah air. Ringkasnya: freediving sama sekali tak menggunakan tabung oksigen sebagaimana scubadiving.

Dado alias Zuhrinsah Harahap tidak sendiri melakukan kegiatan menyelam itu. Dia punya komunitas 'hantu air' di Medan, Sumatera Utara. Namanya Waterman Squad. Komunitas ini sudah berkiprah sejak lima tahun lalu. Saat awal pembentukan, Waterman Squad hanya digawangi Dado dan dua orang temannya. Sekarang sudah ada 37 orang anggota komunitas ini. Mereka berasal dari berbagai profesi, seperti dosen, PNS, fotografer, videografer, dokter hingga pengusaha. Komunitas ini rutin latihan di kolam renang, apalagi saat hendak freediving ke sungai atau laut.

"Saya suka dengan air, bang. Karena itu, freediving menjadi hobi sampai hari ini," katanya sewaktu kami nongkrong di kafe dekat kawasan Gelugur, Rabu (9/8/2023) sore. Padahal, lelaki 41 tahun ini lahir dan tumbuh remaja di kota dingin Sidikalang, Dairi. "Dulu Orangtua suka mengajak berburu ke hutan di pegunungan sekitar Sidikalang, lalu mandi untuk membasuh diri di sungai dalam hutan itu," tambahnya.

Mungkin kesegaran yang diberikan sungai seusai berburu itu lah yang membuat Dado jadi lebih senang bermain air. "Makanya, sekarang saya lebih suka ke sungai ketimbang naik gunung," ungkapnya seraya tertawa. Iya, Dado pun ibarat warga Suku Air, yang datang dari kawasan pegunungan di Sidikalang sana.

Dado mengemukakan sudah menyelami sungai dan laut di Sumatera hingga Sulawesi. Ada keinginannya menjelajah ke sungai dan laut di Papua untuk melakukan hobi freediving-nya.

Apa perbedaan menyelam di laut dan sungai? Menurut Dado, laut punya arus yang sering tak terduga sehingga bukan mustahil kala seorang penyelam berada di bawah air yang semula tenang, eh, tiba-tiba terseret arus ke titik lain. Selain itu, penyelam juga mesti waspada terhadap predator, seperti hiu dan sejenisnya. Ada pula pari, ubur-ubur, bulu babi, dan makhluk berbisa lain di laut. "Selebihnya tergantung kemampuan mengatur kedalaman penyelaman dan mengatasi tekanan air laut," tuturnya.

Sementara menyelam di sungai butuh pemahaman tentang sungai tersebut. Diantaranya, banyak kisah mistis tentang sungai-sungai di negeri ini, termasuk Sumatera Utara. "Misalnya, Pantai Kodok di pedalaman Langkat, dikisahkan tak pernah didekati orang saking mistisnya, tapi dengan dukungan masyarakat di sana, Alhamdulillah mungkin baru saya dan kawan-kawan pernah menyelam di sana," ungkap Dado.

Dia mengungkapkan menyelam di Danau Toba dan di bawah air terjun pun menyenangkan. Cuma saja, bawah air Danau Toba dipenuhi lumut dan tanaman air sehingga penyelam sering terjerat di kaki dan bagian tubuh lain. Ada pun di bawah air terjun mesti ekstra hati-hati supaya tetap aman.

Dado mengakui freediving merupakan hobi ekstrem. "Hobi ini nomor dua paling ekstrem setelah skydiving," sebutnya. Skydiving sendiri adalah kegiatan terjun payung dari pesawat kecil di ketinggian tertentu.

Begitu pun para 'hantu air' dari Waterman Squad tetap giat melakukan freediving dengan senang hati. Mereka mengincar sungai-sungai, seperti Kolam Abadi di Langkat hingga Sunglo dan Bah Damanik di Simalungun. Saat tertentu laut di sekitar Sumatera juga mereka selami, mulai dari laut di Pulau Pandang Batubara dan Kalimantung di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara sampai Sabang di Pulau Weh, Aceh. Mereka meliuk-liuk memainkan fins di dalam air, persis Orang Bajo atau suku laut Metkayina dalam film Avatar: The Way of Water.*