BATUBARA - Alifah Nur Azizah balita berumur 1 tahun 8 bulan anak dari Titi Suwarni warga Desa Bandar Rahmat, Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara hanya bisa menangis dibalik dekapan gendongan ibunya. Kondisi mata sebelah kanan membengkak membuat sang Ibu khawatir akan kesehatan anaknya, lantaran dalam dua bulan terakhir bola mata Alifah Nur semakin hari semakin membesar dan di bagian kulit kelopak mata terlihat kemerahan.

Titi Suwarni belum mengetahui pasti penyakit apa yang mengidap anaknya, namun diketahui Alifa Nur lahir dengan kondisi tidak dapat melihat (tunanetra).

"Memang dari lahir kalau dari pihak puskesmas, anak saya tidak bisa melihat. Tapi dalam dua bulan ini dibagian matanya itu kemerahan tiba-tiba bengkak, terus kempes, kemudian bengkak lagi. Kondisi terparah itu dua hari ini makin membesar," lirih Titi Suwarni tak tahan membendung air matanya, Selasa (23/05).

Sementara untuk biaya pengobatan putri sulungnya, Titi Suwarni tidak mampu karena kondisi kehidupannya yang serba kekurangan.

Kesehariannya, Titi Suwarni merupakan pekerja panggilan sebagai pembelah ikan, sesekali ia juga merangkap sebagai penjemur ikan asin. Dimana dari membelah ikan ia diupah Rp1.300 per kilogramnya, sedangkan untuk upah menjemur ia hanya mendapatkan Rp1.500 per bilahnya. Dari hasil keduanya ia hanya mendapatkan Rp20.000 perharinya.

Dibawah terik panas matahari, Ibu tiga anak ini harus rela banting tulang demi membantu sang suami yang hanya bekerja sebagai pendayung perahu penyebrangan sungai di desanya. Penghasilan sang suami pun tak cukup untuk menutupi biaya kehidupan apalagi untuk pengobatan anaknya, Alifah Nur.

"Dokter bilang suruh dirawat di rumah sakit, selama tiga hari itu disuruh buat BPJS tapi gak ada uang, makanya gak jadi dirawat. Kan buat BPJS belum ada program gratis, kalau berbayar ada tapi belum ada uangnya. Kemarin sudah minta tolong ke desa katanya hari ini BPJSnya aktif," ucap Titi Suwarni.

Saat ditanyai mengenai penyakit yang mengidap anaknya, Titi Suwarnai belum mengetahui pasti. Ia hanya sebatas berobat ke puskesmas di desanya.

"Uda dibawa ke puskesmas, disuruh bawa ke rumah sakit kisaran, tapi itulah kemampuan uang yang gak ada, tidak tau biayanya. Iya, disarankan operasi," tangisnya lagi sembari menggendong buah hatinya.

Kondisi Alifa Nur yang kian hari memprihatinkan membuat Titi Suwarni dan suaminya, Sarman, berputar tujuh keliling. Ia pun tak sungkan sesekali meminjam uang ke tetangganya untuk kebutuhan transportasi dan biaya pengobatan anaknya.

Titi Suwarni pun kini berharap adanya bantuan dari para dermawan. " Tidak tau lagi, harapannya bisa di operasi, mohon bantuan, minta tolong, kakak kek ginilah keadaan," tandasnya.