JAKARTA - PT Hutama Karya (Persero) mengaplikasikam Lead Rubber Bearing (LRB) di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yakni jalan tol di ruas Binjai - Pangkalan Brandan dan Jalan Tol Bangkinang - Koto Kampar (Pangkalan). Ini akan menghasilkan infrastruktur yang lebih tangguh dan tahan bencana, mengingat Pulau Sumatera berpotensi terkena gempa bumi.

Kementerian PUPR bersama Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang mengelola berbagai perusahaan jalan tol seperti Hutama Karya terus berkomitmen dalam pemanfaatan transformasi digital untuk proyek konstruksi yang lebih efisien dan cerdas sehingga menghasilkan infrastruktur yang lebih tangguh dan tahan bencana. Penggunaan teknologi bangunan tahan gempa  lebih praktis dan terkini untuk meredam energi gempa.

Dalam setiap pembangunan infrastruktur juga terus dilakukan perencanaan dengan memperhatikan berbagai aspek agar jalan tol yang dibangun juga berkualitas sebagai prioritas yang utama.

Kementerian PUPR melalui portal resmi bpjt.pu.go.id yang dikutip Selasa (4/4/2023) mengemukakan penggunaan teknologi bangunan tahan gempa dilakukan karena Indonesia berada di antara tiga lempeng besar dunia yang aktif, salah satunya Pulau Sumatera masuk ke dalam daerah yang berpotensi terkena gempa bumi.

Salah satu teknologi yang digunakan dalam menghadapi risiko gempa bumi pada infrastruktur Jalan Tol yakni menggunakan teknologi Lead Rubber Bearing (LRB) atau bantalan karet inti timbal yang memiliki peran penting untuk meningkatkan ketahanan struktur jembatan.

Karena itu LRB ini telah diaplikasikan pada beberapa Jalan Tol di Indonesia salah satunya diterapkan di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) oleh PT Hutama Karya (Persero) yakni Jalan Tol Binjai - Pangkalan Brandan dan Jalan Tol Bangkinang - Koto Kampar (Pangkalan).

Jalan Tol Binjai - Pangkalan Brandan terus berlanjut ke Langsa di Aceh akan menghubungkan Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh dan diharapkan dapat menjadi akses pendukung konektivitas antar wilayah dari Binjai ke Langsa dan sebaliknya.

Sebelumnya Jalan Tol Binjai - Langsa Seksi 1 ruas Binjai - Stabat sepanjang 11,8 Km telah diresmikan oleh Presiden Jokowi dan beroperasi sejak bulan Februari 2022 lalu.

Jalan Tol Binjai - Langsa dengan total panjang mencapai 130,9 Km memiliki 2 tahap, dimana tahap 1 terdiri dari Binjai - Stabat (11,8 Km) dan Stabat - Pangkalan Brandan ( 46,2 Km). Selanjutnya tahap 2 yakni Pangkalan Brandan - Langsa (72,9 Km) yang ditargetkan akan selesai konstruksinya pada tahun 2024 mendatang.

Penerapan teknologi LRB memberikan kualitas terbaik pada struktur jalan tol Binjai-Pangkalan Brandan hingga ke Langsa  menambah umur ketahanan, aman dan nyaman saat berpotensi terjadi bencana alam gempa bumi.

Fungsi LRB sangatlah vital dalam menjaga keamanan struktur saat terjadi gempa yang memiliki kemampuan redaman yang tinggi dan dibuat dari karet alam yang melimpah di Indonesia, sehingga struktur ketahanan Jalan Tol lebih terjamin.

Sebelum diproduksi dalam jumlah banyak, LRB harus diuji secara kondisi dinamik gempa untuk membuktikan performa karakteristik. LRB tentunya memiliki kualitas mutu produk yang harus lulus verifikasi sesuai standar spesifikasi yang berlaku dengan difasilitasi pengujian dinamik gempa dengan kecepatan tinggi untuk Seismic Isolator yang pertama di Indonesia, yaitu MSLAB, dimana mesin uji yang dimiliki termasuk yang terbesar di Asia Tenggara.*