TIDAK akan ada lagi momen yang paling tepat dan kuat bagi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk mencalonlan Puan Maharani sebagai presiden, kecuali pada Pilpres 2024 mendatang. Inilah saat yang terbaik dan ini pula kondisi yang tersolid bagi partai untuk menyaksikan kemenangan Puan. Kalau Bu Mega masih ragu, maka kita ingin mendapatkan jawaban untuk pertanyaan ini: Kapan Puan akan dimajukan sebagai capres dan berpeluang menang di Pilpres 2029, 2034 atau 2039?
 
Tentu tidak mungkin. Sebab, PDIP pasti akan berubah. Sistem kekuasaan tunggal Ketua Umum yang dinikmati Bu Mega saat ini tidak akan bertahan hingga 2029 apalagi 2034, 2039 dan seterusnya. 
 
Tidak perlu diuraikan mengapa PDIP mengalami perubahan radikal. Cukuplah disebutkan kisi-kisinya saja. Bahwa sistem kekuasaan tunggal di tangan Bu Mega itu tak mungkin bertahan seiring dengan proses alami yang berlangsung di tubuh Bu Ketum dan di tubuh PDIP sendiri.
 
Kemampuan Bu Mega untuk mempertahankan kekuasaan tunggal itu akan mencapai puncaknya di Pilpres 2024. Setelah itu, kemampuan tersebut bergerak kuncup ke arah titik redup. Tidak perlu menjadi profesor politik untuk memahami proses alam ini. 
 
Silakan saja undang para pakar politik terbaik di Indonesia. Silakan pula kumpulkan para ahli internasional yang mengamati politik Indonesia. Tanyakan kepada mereka apakah Puan, setelah Pilpres 2024, masih berpeluang maju dan menang.
 
Karena itu, Bu Mega jangan bimbang sedikit pun. Puan sudah cukup matang dalam berpolitik dan punya modal besar untuk menang. Modal besar itu tak lain adalah kharisma Bu Ketum itu sendiri.
 
Kalau Puan tidak dicapreskan untuk Pilpres 2024, maka selesailah karir beliau dan selesai pulalah sejarah dominasi trah Soekarno di tubuh Partai Banteng. 
 
Ini tidak terelakkan. Karena PDIP akan menjadi partai terbuka. Saham keluarga Bung Karno, mau tak mau, akan berubah menjadi saham biasa. Tidak ada lagi keistimewaan trah Soekarno. Ibarat praktik pasar saham, maka saham keluarga Soekarno akan bernilai sama dengan saham-saham kekuasaan lain di PDIP. 
 
Artinya, Puan akan sama dengan para kader lainnya. Puan bukan Megawati. Bu Mega disepakati menjadi figur terkuat dengan saham terbesar karena ada pengalaman sejarah yang menjadi alasan untuk melembagakan keistimewaan itu. Bu Mega akan menghadapi tantangan besar dan tantangan keras kalau beliau mencoba mewariskan keistimewaan kepada Puan.
 
Jadi, Pilpres 2024-lah momen yang terbaik sekaligus terakhir bagi Bu Mega untuk menjadikan Puan presiden. Ini pulalah saat untuk menyelamatkan karir politik Puan dan juga menyelamatkan kekuasaan trah Soekarno di PDIP.
 
Kalau Bu Mega tidak mencapreskan Puan di Pilpres 2024, sudah pastilah PDIP bisa dikuasai oleh siapa saja. Termasuk orang luar sekali pun. Semua kemungkinan akan terbuka lebar. Apalagi jika Ganjar Pranowo, entah dengan cara apa, bisa maju sebagai capres dan menang. Tamatlah semuanya.
 
Karena itu, Bu Mega jangan ragu mencapreskan Puan.
 
Penulis Wartawan Senior