MEDAN - Penyaluran kredit di Sumatera hingga akhir tahun 2022 menunjukkan pertumbuhan yang relatif tinggi sebesar 12,68% yoy. Kinerja ini melebihi proyeksi pertumbuhan sebesar 7,5%.
 
Hal tersebut diungkapkan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional (KR5) Sumbagut, Yusup Ansori pada kegiatan Media Gathering di Sibolangit dengan tema “Kolaborasi Pelayanan Publik dan Keuangan Berkelanjutan” yang digelar di Sibolangit, Kamis - Jumat (15-16/12/2020).
 
Saat itu Yusup Ansori didampingi Anton Purba selaku Deputi Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) OJK KR5 Sumbagut dan Wan  
Nuzul Fachri selaku Deputi Direktur Managemen Strategis, EPK dan Kemitraan Pemerintah Daerah OJK KR5 Sumbagut mengatakan berdasarkan pemantauan OJK KR5 Sumbagut per Oktober 2022, Bank Umum yang berkantor pusat di Sumatera Utara (Sumut), yang terdiri dari Bank Sumut dan Bank Mestika Dharma, memperlihatkan peningkatan kinerja intermediasi, tercermin dari pertumbuhan positif untuk total aset dan penghimpunan DPK masing-masing sebesar 6,15%, dan 4,77% secara yoy.
 
Yusup menjelaskan, adapun pertumbuhan tersebut disertai dengan profil risiko yang terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,42%. Dalam menerapkan keuangan berkelanjutan, kedua bank tersebut juga telah menyalurkan kredit kepada UMKM sebesar Rp10,82 triliun dengan pertumbuhan yang relatif tinggi sebesar 11,42% yoy.
 
"Kedua bank umum ini tercatat menghasilkan perolehan laba yang baik, berkontribusi ke dalam pendapatan asli daerah. Per Oktober 2022, tercatat agregat laba tahun berjalan sebesar Rp1,12 triliun, meningkat signifikan 22,64% dibanding periode yang sama tahun lalu," ungkap Yusup.
 
Selain itu kinerja BPR/BPRS di Sumut juga sebut Yusup memperlihatkan peningkatan kinerja yang baik, khususnya dalam kontribusinya menyalurkan kredit. Per Oktober 2022, total aset bertumbuh 9,76% yoy, penghimpunan DPK bertumbuh 8,52% yoy, dan penyaluran kredit/pembiayaan dapat didorong bertumbuh double digit sebesar 15,01% yoy.
 
"Dari total penyaluran kredit Rp1,74 triliun, sebesar Rp1,21 triliun atau 69,71% dari total kredit disalurkan kepada UMKM, yang bertumbuh sebesar 15,08% yoy," ujar Yusup.
 
Untuk itu, salah satu upaya yang OJK lakukan dalam memperkuat posisi BPR/BPRS adalah dengan mendorong proses merger, konsolidasi, dan akuisisi. Hingga saat ini, terdapat 53 bank dari yang sebelumnya 60 bank pada Desember 2020.
 
"Tujuannya untuk memperkuat layanan, permodalan dan infrastruktur, serta mendukung upaya program pemerintah dalam rangka konsolidasi,"imbuh Yusup.
 
Begitu juga di Industri Keuangan Non Bank (IKNB), berbagai lembaga pembiayaan non bank di Sumatera Utara terpantau dapat menyalurkan pembiayaan dengan pertumbuhan positif.
 
Yusup merinci, Perusahaan Pembiayaan pada Oktober 2022 mencatatkan piutang pembiayaan sebesar Rp18,36 triliun dengan pertumbuhan yang relatif tinggi 16,79% yoy. Pembiayaan Investasi tercapai sebesar Rp5,63 triliun dan bertumbuh relatif tinggi sebesar 27,65% yoy, sementara Pembiayaan Modal Kerja bertumbuh dengan signifikan sebesar 136,02% yoy, meskipun dengan nominal pembiayaan yang lebih kecil yaitu Rp1,28 triliun.
 
Selama tahun 2021 hingga 2022 OJK KR5 Sumbagut juga mencatat penyaluran pembiayaan ini terus menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, bukan hanya dari nominal piutang namun juga persentase pertumbuhan. Pertumbuhan 16,79% pada hingga pada Oktober 2022 merupakan pertumbuhan pembiayaan tertinggi sejak tahun 2018.
 
"Pertumbuhan pembiayaan yang baik juga terlihat pada Perusahaan Modal Ventura yang bertumbuh 128,33% yoy menjadi Rp331,45 miliar. Kemudian Pergadaian Swasta terdiri dari 13 perusahaan gadai mencatat total penyaluran pinjaman sebesar Rp47,57 miliar dengan pertumbuhan 52,80% yoy," papar Yusup.
 
Sedangkan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang terdiri dari 1 LKM di Kota Gunungsitoli dan 1 Bank Wakaf Mikro di Kabupaten Deli Serdang juga memperlihatkan perkembangan yang potensial dengan pertumbuhan pembiayaan 29,94% yoy dengan total pembiayaan Rp5,02 miliar.
 
"Prinsip daripada LKM lebih berfokus dalam membantu masyarakat miskin produktif, sehingga secara nominal terlihat relatif kecil dibanding lembaga pembiayaan berbentuk perusahaan," tutup Yusup Ansori.