KALA itu terik mentari di atas ubun-ubun, cerah cuaca mendukung aktivitas belajar di Kampus STIMIK Royal Kisaran. Waktu itu hari Senin (26/9/2022), tiba-tiba Pak Sudirman yang menjabat Waket (Wakil Ketua) Kampus STIMIK Royal Kisaran datang dan memanggilku.

 

"Cindy Faradila Putri," sebut Waket memanggil namaku. Saya langsung menyahut, "saya pak,".

Waket memberitahukan, bahwa Kampus kami mendapat surat dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Kabupaten Asahan tentang akan adanya Sekolah Jurnalistik PWI Kabupaten Asahan.

PWI meminta agar kampus kami mengirimkan tiga orang Mahasiswa/i-nya untuk mengikuti sekolah tersebut. Disitulah Pak Waket meminta agar aku bersedia mengikuti sekolah itu.

Disaat itu, rasa ragu menghantui diriku. Sebab, selama ini aku belajar dijurusan sistem informasi. Tentunya aku adalah orang IT yang selalu beraktivitas dengan laptop dan kidung sampai aku duduk di Semester 5. Karena latar belakangku seperti itu, aku tak sedikitpun mengerti tentang jurnalistik. Bahkan aku sempat berpikiran, "apa mungkin aku bisa?".

Pemikiran bodoh seperti itu terbesit yang membuat langkahku berat. Namun ku tepis karena sekolah itu tempat belajar, aku mau belajar ke Kantor PWI. Pasti aku bisa. STMIK aja percaya sama aku. Masa aku gak percaya sama diri sendiri.

Pagi itu, pada Sabtu (1/10/2022) di halaman Kantor PWI Kabupaten Asahan suasananya gerimis, sang Surya seperti malu menampakkan diri.

Di depan Kantor PWI tertata rapi bangku-bangku yang dipayungi teratak berhias. Terdapat juga karangan bunga ucapan selamat, dengan caption "Selamat Atas Digelarnya Sekolah Jurnalistik PWI Kabupaten Asahan," dari berbagai pejabat penting Kabupaten. Tampak puluhan wartawan dari berbagai media yang tergabung di PWI sedang berkumpul dan bersiap-siap untuk melaksanakan kegiatan.

Hari itu adalah hari kegiatan pembukaan Sekolah Jurnalistik yang dibuka oleh Wakil Bupati Asahan, kemudian dihadiri beberapa pejabat dan para pengurus dari berbagai kampus di Kabupaten Asahan. Sempat haru, karena bisa duduk bersama lagi dengan orang-krang hebat.

Selain itu, penghargaan yang sangat tinggi juga ku dapatkan dari Ibu Mariatul Kifti selaku Ketua STIMIK Royal Kisaran. Dirinya mengajak aku dan kedua temanku untuk barengan ke Kantor PWI. Dia mengatakan, ingin mengantarkan kami untuk sekolah jurnalistik ke PWI Asahan. Tentunya ini momen langkah, jarang-jarang kami diantar oleh orang nomor satu di kampus ku.

Dikala itu juga, foto dan namaku dimuat dalam portal berita online. Aku semakin terkesan. Sebab, ini adalah pertama kalinya aku masuk berita media masa dalam kegiatan positif. Euforia ini telah meningkatkan semangat ku untuk mengikuti sekolah ini hingga akhir.

Aku bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai kampus yang ada di Asahan, warna almamater mereka tanda bahwa mereka membawa nama kampus masing-masing sama seperti aku.

Disinilah letak seru nya aku akan membawa nama kampus ku bersinar. Segitu euforianya aku kala itu, pingin ngasih tau ke PWI kalau kampus ku keren, aku dan rekanku lah orang pilihan yang dikirimkan oleh kampus ku.

Pengalaman Mahal Belajar di Sekolah Jurnalistik

Ada pelajaran yang aku sukai. Yaitu menulis berita dan juga foto jurnalistik. Kala itu berita mengenai narkoba yang kami angkat sebagai contoh. Setelah kami belajar tata bahasa, cara penulisan dan lain-lain. Disini lah akhirnya kami di uji. Sungguh kesempatan yang luar biasa, akhirnya aku dapat menulis berita, bak wartawan sungguhan. Ya walaupun belum ke TKP dan masih banyak koreksi. Namun itu merupakan langkah awal yang baik kata pak pemateri.

Kami bisa menulis berita hanya dalam beberapa pertemuan, bukan karena kami terlalu pintar dalam hitungan hari langsung bisa menulis berita, bukan. tapi karena para pemateri lah yang keren dan lengkap dalam menyampaikan. Suasana kelas yang nyaman, ditambah dengan perangkat belajar yang memadai. Tidak ada alasan bagi kami untuk tidak faham.

Banyak dari kami yang baru sekali tentang apa itu jurnalistik, berita dan lainnya. Tapi para pemateri menuntun kami pelan-pelan, jikalau ada yg ngantuk atau bosan, pasti ada aja game yang di lontarkan pemateri. Nah inilah trik pak pemateri dalam menghadapi kami yang notabenenya pemuda itu mudah bosan dan ngantuk. Keren bukan?

Setelah pelajaran foto jurnalistik selesai, aku pun unggah hasil jepretan ku ke medsos ku. Banyak teman yang komentar menguji hasil jepretan ku. Ku bilang aja ke mereka kalau ilmu photografi ku meningkat dari sekolah jurnalistik. Bg Indra Sikoembang selaku ketua PWI Asahan yg mengajari. Beliau sangat detail dalam menjelaskan trik dan rahasia khusus supaya foto berita kita itu hidup dan mengandung unsur 5W+1H. Kalau bukan di sekolah Jurnalistik PWI, dimana lagi kami mendapatkan hal luar biasa ini?.

Aku berkesempatan untuk mengorek ilmu sedalam dalamnya kepada para wartawan handal di PWI. Akhirnya aku bisa menulis berita sendiri, aku juga bisa mengambil foto bagus untuk diunggah ke medsos, aku juga tahu cara apa yang harus ku lakukan untuk menanggapi berita hoax dan aku kini mengetahui kode etik jurnalistik serta Undang-undang Pers. Bahkan kini aku juga mengetahui bagaimana cara bermedia sosial yang baik. Semuanya gak akan ku dapat kalau aku gak ikut sekolah ini.

Hal seru lain juga yang ingin saya ceritakan ketika coffee break. Ini mengingatkan ku ketika aku masih duduk di bangku SMA ada waktu istirahatnya. Bedanya di sekolah jurnalistik makanan minuman kami gratis. Enak pula itu. Cocok banget buat ganjal perut dikala waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB. Sekolah dapat ilmu jurnalistik, WiFi dan makan snack gratis.

Bahkan, saat waktunya kami pulang, kami diberi nasi kotak makan siang, bukan nasi padang ya, tapi nasi kotak yang luar biasa menunya.

Aku sebagai anak kost merasa bersyukur karena disinilah perbaikan gizi ku. Bagaimana tidak? Aku biasa di kost makannya mie instan dan telur. Tapi ketika ikut sekolah jurnalistik selama sebulan, Alhamdulillah giziku terpenuhi oleh lauk buah dan sayur 4 sehat 5 sempurna yang ada di nasi kotak. Terimakasih PWI Asahan!!

Teman dan keluarga bertambah di Sekolah Jurnalistik PWI Asahan

Di sekolah jurnalistik ini aku merasa teman dan keluarga ku bertambah. Dari teman baru ku, sikap tolong menolong telah ku dapatkan. Waktu itu aku dan teman ku pulang dari sekolah jurnalistik. Di jalan tiba-tiba bensin sepeda motor ku habis. Sementara, dompet kami ketinggalan di kost.

Cukup panik tentunya. Tapi untung saja kami ketemu dengan teman kami dari kampus lain yang juga ikut belajar di sekolah jurnalistik. Namanya Dimas, dia tanpa berpikir panjang memberikan uangnya untuk membeli bensin. Bahkan uang itu gak mau diganti, dia menolong dengan ikhlas. Menurut ku ini bukan kebetulan, melainkan sebuah hidayah Allah SWT yang diberikan kepadaku lewat PWI Asahan. Karena PWI saya mendapatkan teman-teman baru yang baik.

Mudah-mudahan Pak Bupati Asahan membaca tulisan ku ini dan tergerak hati untuk meningkatkan fasilitas sekolah jurnalistik PWI Asahan. Karena saya bukti nyata. Para pengurus dan anggota PWI Asahan adalah orang-orang berhati mulia yang berhasil mendidik kami.

Walaupum mereka tidak berseragam loreng dan bersenjata, tapi mereka peduli akan pendidikan kami. Walaupun nampaknya menulis hal yang sepele. Namun tanpa tulisan dunia akan bisu dan tak tentu arah. Jadi aku berpesan kepada Bapak Bupati Asahan, agar kedepannya Bapak Bupati dapat memberikan rumah yang lebih nyaman kepada PWI Asahan seperti aula.

Sekarang juga aku tahu, bawa profesi wartawan adalah profesi yang sangat mulia. Sekali lagi, terima kasih PWI Kabupaten Asahan.

Penulis: Cindy Faradilla Putri
Editor: Bayu Sahputra