JAKARTA - Presiden Jokowi resmi menaikkan harga BBM bersubsidi, yakni pertalite dan solar. Jokowi mengatakan hal ini terkait dengan peningkatan subsidi dari APBN. "Yaitu mengalihkan subsidi BBM sehingga harga beberapa jenis BBM yang selama ini dapat subsidi mengalami penyesuaian," kata dia.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan harga pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter. Begitu juga dengan solar yang naik dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter.

"Pertamax dari Rp12.500 menjadi Rp14.500 per liter. Ini berlaku satu jam saat diumumkan, berlaku pada 14.30 WIB," kata Arifin.

Subsidi 2022 telah 3 kali meningkat dari Rp105 triliun menjadi Rp502 triliun dan akan meningkat terus," kata Presiden.

Sinyal kenaikan harga BBM subsidi sudah bergema sejak beberapa pekan terakhir karena proyeksi kuota APBN 2022 jebol akhir tahun.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan secara terang-terangan menyatakan harga BBM jenis pertalite dan solar subsidi akan naik dalam waktu dekat. Menurut Luhut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengumumkan kenaikan harga pertalite dan solar subsidi pada minggu kemarin.

"Mungkin minggu depan (minggu ini) presiden akan mengumumkan mengenai apa dan bagaimana mengenai kenaikan harga (BBM) ini," ucap Luhut dalam kuliah umum di Universitas Hasanudin, Jumat (18/7/2022) lalu.

Namun, sampai dengan akhir pekan kemarin, kenaikan belum juga dilakukan.

Padahal, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan subsidi energi bisa membengkak Rp198 triliun menjadi Rp700 triliun jika harga pertalite dan solar tak naik.

Tekanan pada harga BBM terjadi karena harga minyak mentah dunia melonjak setelah perang Rusia-Ukraina. Akibat lonjakan itu, belanja subsidi BBM dan kompensasi energi melesat dari Rp170 triliun menjadi Rp502 triliun.

Jokowi berdalih belum mengambil keputusan apapun terkait kenaikan harga pertalite dan solar karena masih berhati-hati. Pasalnya, kedua jenis BBM tersebut menyangkut hajat hidup masyarakat banyak.

Ia ingin keputusan diambil secara berhati-hati supaya tidak berdampak besar ke lonjakan inflasi, penurunan daya beli masyarakat dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Menkeu Ungkap Alasan

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan kenaikan harga BBM jenis pertalite, solar subsidi, dan pertamax sejalan dengan kenaikan harga minyak mentah dunia jika dibandingkan dengan asumsi APBN 2022 yang hanya US$63 per barel.

Sri Mulyani mengatakan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) diproyeksi tembus US$105 per barel. Padahal, harga minyak mentah saat pandemi di bawah US$70 per barel.

"Anggaran subsidi yang selama ini dalam Perpres 98 Tahun 2022 di mana pemerintah sudah menaikkan tiga kali lipat," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers, Sabtu (3/9/2022).

Ia memaparkan total alokasi subsidi energi semula hanya sekitar Rp150 triliun. Namun, angkanya melonjak menjadi Rp502,4 triliun.

"Ini dihitung berdasarkan rata ICP yang bisa mencapai US$105 per barel, kurs Rp14.700 per dolar AS dan volume dari pertalite yang diperkirakan mencapai 29 juta kiloliter (kl), sedangkan volume solar disubsidi adalah 17,44 juta kl," jelas Sri Mulyani.

Namun, ia mengakui harga ICP mulai turun dalam sebulan terakhir. Namun, belum kembali ke level saat pandemi covid-19 yang di bawah US$70 per barel.

Dengan demikian, Kemenkeu menghitung subsidi energi tetap berpotensi bengkak meski pemerintah telah menaikkan harga pertalite dan solar subsidi.

Berdasarkan hitungan Kemenkeu, subsidi energi minimal naik menjadi Rp591 triliun jika rata-rata harga ICP sebesar US$85 per barel. Sementara, jika rata-rata ICP sebesar US$99 per barel, maka subsidi energi tembus Rp605 triliun.

"Apabila ICP di atas US$100 per barel maka total subsidi ke masyarakat dalam bentuk BBM masih akan mencapai Rp649 triliun," ujar Sri Mulyani.*