LANGKAT-  Musim tanam padi serentak kali ini bakal terancam gagal. Pasalnya saluran irigasi di Bukit Lawang dipenuhi material pasir dan batu (sirtu) yang berasal dari aliran Sei Bahorok masuk tersedot ke pintu air. Akibatnya material menumpuk menjadi sendimen di saluran primer irigasi. "Debit aliran air berkurang drastis berdampak terhadap ketersediaan air bagi petani sawah dan kolam ikan di daerah itu," ujar Kordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Roslita saat mengikuti musyawarah rencana pembangunan desa (musrenbangdes) Desa Timbang Lawan, Senin (25/7/2022).
 
Menurutnya, telah berulangkali melaporkan hal itu ke Pemkab Langkat melalui dinas pertanian, namun hingga kini belum ada respon.
 
"Kami berharap kiranya pemerintah kecamatan dapat membantu dan menyampaikan keluhan petani sawah kepada pejabat yang berwenang, sehingga mendapat respon dan secepatnya sendimen material disaluran irigasi dibersihkan," harapnya. 
 
Sementara itu, Ketua Gabungan Perhimpunan Pengguna Pemanfaat (GP3A) Daerah Irigasi (DI) kecamatan Bahorok Mulyono membenarkan tentang problem di saluran irigasi.
 
Saat ini diperkirakan debit air di pintu masuk hanya kisaran 60-70 cm, sedangkan kebutuhan air secara normal 140 cm untuk memenuhi kebutuhan air bagi petani sawah dan kolam ikan.
 
"Kelompok tani sudah melaporkan dan membuat permohonan ke Pemkab Langkat pada Mei 2021 lalu. Selain itu petani juga telah sering bergotong royong membersihkan saluran irigasi secara manual. Namun hasilnya tidaklah maksimal," beber Mulyono.
 
"Biasanya setelah panen dijadwalkan musyawarah melalui tim Pengaturan Pola Tanam Tertib Tanam (P2T3). Hal demikian  dirumuskan untuk menyepakati musim semai bibit, dengan sasaran tanam  padi serentak. Namun musim panen kali ini tidak dirumuskan akibat minimnya ketersediaan air sehingga musyawarah P2T3 tidak dijadwalkan. Akibatnya tidak ada keseragaman petani turun ke sawah," tambahnya. 
 
Akibatnya saat ini kondisi di lapangan  terkesan tidak beraturan tentang persiapan/pematangan lahan persawahan. 
 
Sebagian petani terlihat telah membajak lahan, membabat/pembersihan bahkan ada yang telah menyemai hingga menanam.
 
Bagi petani yang lahan sawahnya berdekatan dengan saluran irigasi sekunder, tertier dan parit cacing cukup beruntung karena air masih mengalir walau kurang mencukupi.
 
"Namun berbeda dengan lahan petani yang berjauhan dengan saluran dimaksud tidak akan mendapatkan air yang cukup. Setidaknya 700-an Ha lahan persawahan petani di tiga desa yakni Sampe Raya, Timbang Jaya dan Desa Timbang Lawan kini luput dari perhatian," bebernya. 
 
Petani hanya meminta Pemkab Langkat serius dan melihat secara langsung  keluhan petani dengan solusi jitu untuk mempertahankan swasembada pangan meski skala daerah.*