TAPSEL - Jelang lebaran Idul Adha (Haji) 2022, sejumlah peternak sapi di Tapanuli Selatan Sumatera Utara mengaku mengalami penurunan omzet penjualan. Penurunan permintaan ini akibat maraknya issu PMK (Penyakit Mulut Kuku) pada hewan ternak, termasuk sapi. Rahmad Sabana (24) peternak sapi yang juga penjual sapi di Desa Pasar Pargarutan, Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan kepada Gosumut.com di lokasi peternakannya, Jumat (1/7/2022) Sore, mengatakan permintaan menurun hingga 40 persen jika dibandingkan musim hari raya qurban tahun lalu.

Dikatakannya, jika tahun lalu pada saat yang sama, sudah bisa menjual 50 hingga 60 ekor sapi, namun saat ini baru terjual 30 ekor sapi.

"Adanya PMK yang membuat turunnya permintaan. Kitapun peternak memang sempat kuwatir untuk memelihara sapi yang banyak," ujar Rahmad Syahbana yang akrab disapa Mukyel.

Selain itu, adanya kenaikan harga per ekor sapi antara Rp500 ribu hingga satu juta rupiah, ikut mempengaruhi. Saat ini pasaran harga sapi Rp16 juta per ekor dengan berat daging sekitar 80 kilogram.

Data yang dilansir Dinas Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan awal bulan Juni 2022 lalu, di Tapanuli Selatan terdapat 44 ekor sapi suspek terserang PMK. Namun, karena perawatan dan treatment yang baik dari Dinas Peternakan, 43 ekor diantaranya sudah sembuh.

"Saat ini tinggal satu ekor sapi yang menunjukkan gejala PMK, dan itupun sudah mulai membaik," ujar Ahmad Parlaungam Nasution, Kabid Peternakan pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan.

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan, hingga saat ini masih terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat, untuk tidak takut mengkonsumsi sapi.

"Penyakit PMK ini bukan penyakit Zoonosis yang bisa menyebar kepada manusia. Jadi masih aman asal dengan perlakuan atau memasak dengan benar," tutup Ahmad Parlaungam Nasution.