LHOKSEUMAWE – Pemerintah dinilai tak mampu melakukan stabilisasi harga pangan untuk kebutuhan masyarakat menengah ke bawah. Pasalnya, dalam beberapa minggu terakhir harga kebutuhan pangan tidak ada tanda-tanda menurun, bahkan cenderung mengalami kenaikan cukup tajam, seperti  cabai merah misalnya saat ini dipusat pasar Inpres Lhokseumawe sudah tembus Rp100.000 per kg. Belum lagi kebutuhan pangan lainnya seperti bawang merah sudah mencapai Rp.60.000 per kg. Kondisi ini justru sudah berlangsung berminggu-minggu, namun belum ada tindakan konkrit dari pemerintah baik pusat maupun daerah. 
 
Malah seakan-akan lonjakan harga-harga pangan dilepas begitu saja dipasar, tanpa ada pengendalian sama sekali. Sudah dipastikan masyarakat kalangan menengah kebawah kelimpungan menghadapi kenyataan tersebut.
 
“Sejauh ini pemerintah pusat maupun daerah belum mampu melakukan stabilisasi harga pangan, kasihan masyarakat menengah ke bawah, bayangkan saja khusus di Lhokseumawe belum pernah harga cabai merah tembus hingga Rp 100.000 per kg, tapi sekarang sudah terjadi, begitu juga harga bawang merah, lonjakan harga sudah sangat signifikan”, ungkap Pemerhati Sosial yang berdomisili di Lhokseumawe T Nadirsyah SSos, Selasa (28/6/2022).
 
Seharusnya, kata Nadirsyah yang mantan camat itu, pemerintah daerah segera turun lapangan memantau harga-harga kebutuhan pokok dan segera lakukan tindakan cepat, sehingga penderitaan masyarakat kecil cepat teratasi. 
 
“Paling tidak pemerintah daerah harus berpihak kepada petani, dan galakan para petani untuk budidaya cabai merah dengan disupport modal, sehingga pasokan cabai merah bisa stabil, jangan seperti sekarang, masyarakat dibuat susah terus,” terangnya.
 
"Bayangkan saja, harga kelapa sawit sekarang sedang anjlok, pasti petani sawit dirugikan, tapi apakah harga minyak goreng turun, kan tidak. Harusnya negara begitu peduli melihat situasi seperti sekarang, begitu masyarakat menjerit justru pemerintah tenang-tengan saja, aneh sekarang,” jelasnya.
 
Kondisi ini, urai Nadirsyah, diperparah sulitnya masyarakat mencari BBM terutama pertalite. Di SPBU acapkali pertalite kosong.
 
 “Seharusnya kebutuhan dasar masyarakat itu tidak dipesluit seperti sekarang,” tambahnya.
 
Salah seorang pemilik kenderaan roda dua, Bima Pambudi, mengaku merasa kesulitan mencari BBM jenis pertalite.
 
 “Sudah beberapa SPBU diwilayah Kota Lhokseumawe, ternyata BBM jenis pertalite kosong, enggak tahu kenapa hal ini bisa terjadi, tapi justru pertamax yang harganya mahal, semua SPBU tersedia stoknya,” kata Bima Pambudi mantan mahasiswa Unimal Lhokseumawe.