JAKARTA - Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha mengatakan saat ini tercatat ada 153 WNI yang berada di beberapa daerah di Ukraina. Sebagiannya belum memungkinkan untuk dievakuasi sehingga diminta "stay" di sana untuk menghindari dampak perang Rusia dengan Ukraina.

"Saat ini, tercatat ada 153 orang yang tercatat dalam database terbaru yang dimiliki KBRI, dimana 82 ada di KBRI, 25 ada di Odesa, 3 di Lyiv, sembilan di Chernihiv, empat di Kharkiv dan sisanya yang lain masih tersebar di sejumlah titik," kata Judha dalam konferensi pers virtual, Sabtu (26/2/2022).

Ia menjelaskan konsentrasi WNI terbesar ada di KBRI di Kyiv dan Odesa. Mayoritas WNI itu adalah pekerja migran yang bekerja di sektor manufaktur dan hospitality.

"Dalam komunikasi kami dengan mereka saat ini, semuanya, alhamdulillah dalam kondisi aman dan selamat," katanya.

Dia menjelaskan WNI yang berada di Ukraina Timur, yakni di Chernihiv dan Kharkiv, akan dievakuasi ketika kondisi telah memungkinkan.

"Ada 4 WNI di Kharkiv, dan 9 WNI di Chernihih. Situasi saat ini memang di wilayah itu sudah menjadi medan pertempuran. Kami sudah berhasil menghubungi mereka lalu memantau kondisi mereka. Saat ini mereka tinggal bersama majikan masing-masing di rumah masing-masing. Sambil menunggu situasi lebih aman," katanya.

"Pada awalnya kami berupaya untuk menjemput, namun karena situasi di lapangan tidak memungkinkan, kita meminta mereka untuk tetap stay di rumah masing-masing. Di rumah tersebut dilengkapi dengan bunker dan logistik yang memadai," ujarnya.

Presiden Rusia, Vladimir Putin sebelumnya telah memerintahkan operasi militer di wilayah Donbas yang terletak di timur Ukraina pada Kamis (24/2/2022) sekitar pukul 06.00 waktu setempat.

Tak lama usai pernyataan Putin, sejumlah bunyi ledakan mulai terdengar di Ibu Kota Ukraina, Kiev, dan Kota Kharkiv. Serangkaian ledakan juga terdengar di Belgorod, Rusia, yang berbatasan dengan Ukraina.

Tiga hari berselang, situasi perang masih belum mendingin. Sejumlah fasilitas militer berhasil dikuasai oleh Rusia. Salah satunya ialah reaktor nuklir Chernobyl di Ukraina Utara yang merupakan salah satu lokasi bencana nuklir terparah di dunia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan setidaknya ada 137 prajurit Ukraina tewas dan 316 lainnya terluka akibat serangan itu.*