LHOKSEUMAWE – Unit usaha kecil menengah terutama diwilayah Aceh Utara dan Lhokseumawe tumbuh subur, hanya saja kebanyakan para pengrajin tersebut terbentur oleh peluang pasar dan kemasan produk, alhasil industri rumahan yang dihasilkan oleh para pengrajin tidak begitu berkembang secara signifikan. Untuk mendukung unit-unit usaha kecil tersebut agar berkembang dan memiliki nilai jual tinggi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh (Unimal) kerjasama dengan pihak Bank Aceh Syari’ah Cabang Lhokseumawe melakukan pelatihan pengembangan usaha yang digeluti warga masyarakat Gampong Matang Meunye, Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara berupa usaha pembuatan kerupuk tempe.
 
Dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unimal diwakili Dr H Muhammad Haikal,SE,MM sedangkan dari Bank Aceh Syari’ah Cabang Lhokseumawe hadir Taufik Saleh. Para pengrajin itu dilatih kemampuan dalam meningkatkan kapasitas produksi agar dapat memenuhi ekspektasi pasar dan juga dilatih masalah manajemen produksi. Kegiatan tersebut diikuti sebanyak 30 orang pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang tergabung dalam wadah UKM Bongong Nanggroe yang diketuai oleh Mansuriyah.
 
Dalam kesempatan itu Pimpinan Bank Syari’ah Cabang Lhokseumawe Taufik Saleh selaku supporting dalam kegiatan itu, Jum’at (18/2/2022) mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan implementasi dari tanggungjawab social perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.
 
“Oleh karena itu diharapkan kesungguhan dari pelaku UMKM mengikuti pelatihan ini, karena pelatihan ini bisa memicu keteraturan dalam hal berbisnis UMKM di Aceh Utara, saat ini Bank Aceh Syari’ah sangat serius memberikan perhatian terhadap usaha produktif kelompok-kelompok masyarakat yang menggeluti usaha rumahan agar berkembang dan memiliki daya saing,” ungkapnya.
 
Hal ini juga menjadi harapan bagi para pemegang saham yang salah satunya adalah Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, dimana Bupati Aceh Utara H. Muhammad Thaib (Cek Mad) berharap kedepan akan lahir produk-produk berkualitas yang diminati oleh pasar, utamanya bagi para pelancong atau wisatawan yang datang ke Aceh Utara, dimana setiap kembali ke daerah asalnya para pelancong atau wisatawan ini pasti akan membawa serta produk-produk makanan sebagai oleh-oleh untuk kerabat dan handaitaulan mereka.
 
Pelatihan ini diharapkan juga dapat membantu meningkatkan pendapatan bagi perempuan yang bergabung dalam UKM Bungoeng Nanggroe, dan dalam jangka panjang diharapkan juga Gampoeng Matang Meunye menjadi sentra penghasil kerupuk tempe di Kabupaten Aceh Utara.
 
Sementara itu Ketua Kelompok UKM Bungong Nanggroe Mansuriyah mengakui bahya unit usaha yang digeluti selama ini memiliki peluang pasar lumayan bagus, bahkan sampai kuwalahan untuk memenuhi pasar. “Permintaan pasar cukup tinggi, sehingga terkadang kelompok ini kuwalahan untuk memenuhi permintaan pasar,” katanya.
 
Disisi lain dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh, Muhammad Heikal menyampaikan bahwa program ini dilakukan secara berkesinambungan dimana tidak hanya melatih peserta untuk meningkatkan kapasitas produksi, tapi juga aspek pemasaran, begitu juga menyangkut keemasan produk. 
 
“Begitu juga proses produksi harus higienis dan yang lebih penting diera sekarang dapat menggunakan pola pemasaran secara digital,” katanya.
 
Diuraikan, pihaknya akan secara berkelanjutan melakukan pendampingan dan akan terus memberikan pelayanan baik konsultasi maupun peningkatan kapasitas lainnya bagi UKM Bungoeng Nanggroe dan juga UMKM lainnya.
 
Sedangkan dari pihak Bank Aceh Syari’ah cabang Lhokseumawe  akan memberikan beberapa fasilitas  yang dibutuhkan dan juga akan membantu rumah jemur dengan memanfaatkan sinar matahari (solar dried dome), sehingga fasilitas ini nantinya tidak hanya bisa membantu proses jemur yang selama ini terkendala bilamana cuaca hujan tapi juga karena fungsinya menyimpan panas sehingga masa jemur kerupuk tempe yang sudah dipotong-potong sebelum dikemas bisa lebih pendek dibandingkan secara tradisional.