JAKARTA - Proud To Be Sustainable, sebuah gerakan berbasis platform dijital yang didukung oleh Dewan Negara-Negara Produsen Minyak Sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) mengadakan webinar bertajuk "Potensi Bisnis di Industri Kelapa Sawit Berkelanjutan" diadakan untuk mengajak milenial mengenal lebih jauh peluang usaha dari nilai-nilai keberlanjutan industri sawit di Indonesia. Webinar dibuka oleh pidato sambutan dari Staf Khusus Kementerian Sekretariat Negara, Faldo Maldini, dilanjutkan oleh presentasi oleh empat pembicara, yaitu: Peneliti dan Perekayasa Utama dari Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Indra Budi Susetyo petani sawit milenial Djono A. Burhan, Wakil Dirut, PT Nusantara Sawit Sejahtera) Kurniadi Patriawan , dan Head of Sustainable IFFCO Group Desi Kusumadewi   
 
"Kontribusi generasi muda harus lebih besar lewat pemahaman riset dan teknologi. Generasi baru bisa berkontribusi lewat cara-cara baru dan teknologi yang bermanfaat, dan ini berlaku juga untuk di sektor perkebunan khususnya kelapa sawit," kata Faldo Maldini kepada lebih dari 800 peserta webinar dari berbagai wilayah di Indonesia, Sabtu (18/12/2021). 
 
Peneliti BRIN Indra Budi Susetyo mengulas berbagai produk dari industri hulu sampai hilir kelapa sawit. Selain minyak mentah dan minyak inti, luasnya potensi usaha kelapa sawit ditunjukkan oleh komoditas perdagangan dunia ini dengan kemampuan menghasilkan beragam produk turunan. Industri yang menjadikan sawit sebagai materi olahan produk antara lain makanan, kosmetik, farmasi, dan enerji. Indra juga mempresentasikan bagaimana nilai keberlanjutan dari sisa olahan sawit yang memiliki peluang bisnis selain mendukung kelestarian lingkungan.
 
Djono A. Burhan yang merupakan generasi kedua dari keluarga petani kelapa sawit mengatakan, dari 16,38 juta hektar lahan kelapa sawit di Indonesia, 6,72 juta hektar diantaranya dimiliki oleh petani yang jumlahnya diperkirakan mencapai 2,6 juta orang. "Adanya industri ini mempengaruhi penurunan tingkat kemiskinan di pedesaan. Desa-desa yang memiliki lahan kelapa sawit, agro ekonominya mulai tumbuh," ujarnya Djono yang menyebut sawit sebagai “emas hijau” untuk gambaran potensi usahanya. 
 
Ia menjelaskan, dampak pengembangan perkebunan kelapa sawit antara lain, pengembangan sektor pertanian, peningkatan pendidikan, terciptanyalapangan pekerjaan, menumbuhkan pusat ekonomi baru di pedesaan hingga mencukupi kebutuhan sehari-hari di perkotaan dengan harga terjangkau. 
 
Kurniadi Patriawan, Wakil Dirut PT Nusantara Sawit Sejahtera mengatakan, konsumsi minyak nabati dan lemak antara tahun 2000-2022 akan meningkat 6 juta ton pertahunnya. "Melihat hal tersebut, permintaan dunia akan minyak nabati dan lemak menjadi tinggi setiap tahunnya. Keunggulan sawit antara lain produktivitas yang tinggi dan lahan yang hemat," ungkap Kurniadi. 
 
Desi Kusumadewi, Head of Sustainable IFFCO Group, mengungkap salah satu potensi besar ialah dengan memanfaatkan limbah minyak sawit untuk energi terbarukan.“Peluang besar juga untuk perguruan tinggi, agar bisa mencetak generasi muda yang ‘Proud to Be Sustainable’” ujar Desi Kusumadewi. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana mempersiapkan milenial Indonesia dalam mengembangkan industri sawit.
 
Di akhir acara Deputi Direktur Eksekutif CPOPC Dupito D. Simamora, menunjukkan buku terbaru terbitan CPOPC berjudul Oil Palm Farmer: Our Stories, Our Lives, Our Future. Buku ini merupakan kumpulan cerita pemenang Lomba Menulis Cerita Pendek Kisah Kehidupan Petani Sawit di 15 negara produsen dan pembudi daya kelapa sawit Di sela acara, Raka Raynata, salah satu pemenang lomba yang juga milenial dari keluarga petani sawit di Aceh menyampaikan perjalanan pengalamannya yang ia tuangkan dalam bentuk tulisan. 
 
Webinar ini merupakan hasil kerja sama CPOPC dengan Artibrand dan tiga mitra empat perguruan tinggi di Indonesia yaitu Universitas Ciputra (Surabaya), Politeknik Citra Widya Edukasi (Bekasi) dan Politeknik Kampar (Riau).