LANGKAT - Musim tanam padi serentak kali ini bakal terancam gagal. Pasalnya, saluran irigasi di Bukit Lawang dipenuhi material pasir dan batu (sirtu) disaat musim penghujan. Sirtu dimaksud berasal dari aliran Sei Bahorok masuk tersedot ke pintu air. Akibatnya material menumpuk menjadi sendimen di saluran primer irigasi.

Debit aliran air berkurang drastis berdampak terhadap ketersediaan air bagi petani sawah dan peternak kolam ikan di daerah itu.

Berkaitan itu Ketua Gabungan Perhimpunan Pengguna Pemanfaat (GP3A) Daerah Irigasi (DI) Kecamatan Bahorok, Mulyono memperkirakan saat ini debit air di pintu masuk hanya kisaran 60-70 cm, sedangkan kebutuhan air secara normal 140 cm untuk memenuhi kebutuhan air bagi petani sawah dan kolam ikan.

Dia mengaku, sudah melaporkan dan membuat permohonan ke Pemkab Langkat pada Mei 2021 lalu. Hal itu dilakukan untuk mengejar target musim tanam di bulan Juni. Namun belum mendapat respon, sehingga musim panen di Oktober kemarin tidak maksimal.

"Biasanya setelah panen dijadwalkan musyawarah melalui tim Pengaturan Pola Tanam Tertib Tanam (P2T3). Hal demikian dirumuskan untuk menyepakati musim semai bibit, dengan sasaran tanam padi serentak," jelasnya.

Namun, kata dia, musim panen kali ini tidak dirumuskan akibat minimnya ketersediaan air, sehingga musyawarah P2T3 tidak dijadwalkan. Akibatnya tidak ada keseragaman petani turun ke sawah.

Selain itu, kata dia, telah disepakati pembersihan sendimen saluran irigasi secara swadaya melalui kelompok tani. Akan tetapi, hingga saat ini belum terealisasi akibat terkendala pada sewa alat berat.

"Andai situasi normal, biasanya musim tanam ditetapkan bersama di Desember - Januari 2021. Namun realita di lapangan terkesan tidak beraturan tentang persiapan/pematangan lahan persawahan. Sebagian petani terlihat telah membajak lahan, membabat/pembersihan bahkan ada yang telah menyemai hingga menanam," akunya.

Menurut dia, bagi petani yang lahan sawahnya berdekatan dengan saluran irigasi sekunder, tertier dan parit cacing, cukup beruntung karena ketersediaan air cukup. Namun berbeda dengan lahan petani yang berjauhan dengan saluran dan tidak akan mendapatkan air yang cukup.

Terpisah, Kordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Roslita dikonfirmasi tidak menampik hal itu. Setidaknya ada 21 kelompok tani(Poktan) yang tersebar di tiga desa yakni Timbang lawan, Timbang Jaya dan Sampe Raya, kini kesulitan turun ke sawah akibat belum adanya kepastian ketersediaan air.

"Setidaknya 700-an hektar lahan persawahan petani di tiga desa kini luput dari perhatian. Petani hanya meminta Pemkab Langkat serius dan melihat secara langsung keluhan petani dengan solusi jitu untuk mempertahankan swasembada pangan meski skala daerah," pungkasnya.