TAPSEL - Tingginya harga pupuk non subaidi dan pestisida di tingkat Pengecer di Kabupaten Tapanuli Selatan, masih terus menyulitkan petani. Petani merasa naiknya harga pupuk ini, tidak sebanding dengan harga hasil panen yang terus merosot turun. "Harga tomat kita jual hanya Rp. 2 ribu, turun dari Rp. 4 ribu. Sementara harga pupuk urea naik menjadi Rp.12 ribu perkilo, dari harga Rp. 8 ribu. Ngak sebanding rasanya, jerih payah kita dengan untung yang ada." ujar Maman (32) tahun di Kecamatan Angkola Muaratais, Kabupaten Tapanuli Selatan, Senin (29/11/2021).
 
Selain harga tomat, harga cabai dan kacang panjang di tingkat petani juga ikut ikutan turun. Bulan lalu, petani menjual cabai merah Rp. 30 ribu hingga Rp. 35 ribu rupiah per kilogram, saat ini hanya Rp. 20 ribu. Demikian juga dengan harga kacang panjang turun dari Rp.4 ribu perkilogram turun menjadi Rp. 3 ribu sampai Rp.3.500 per kilogram.
 
Selain pupuk yang melonjak tinggi, harga pestisida obat obatan pertanian juga ikut ikutan naik. Misalnya untuk racun rumput dengan merek Sapu Bersih dan Sidapos naik dari 65 ribu rupiah menjadi 90 ribu rupiah per botol.
 
"Gimanalah kayak gini Bang. Maunya harga pupuk itu janganlah tinggi kali. Tak sanggup rasanya beli, terpaksa pinjam duit dulu sama tetangga biar bisa beli pupuk," ujar Maman dengan nada sedih.
 
Maman berharap, agar harga pupuk Urea bisa kembali normal, dengan harga Rp. 7 ribu hingga Rp. 8 ribu per kilogram, sehingga tidak terlalu menyulitkan petani.