MEDAN - Witjaksono, pengusaha muda asal Pati membagikan pengalaman yang luar biasa lewat akun YouTubenya, MABOOR Media. Adapun pengalaman yang dibagikan pengusaha berusia 37 tahun itu tak lain yakni cara mendapatkan investor dalam bisnis. 
 
Membuka percakapannya, Witjaksono menjelaskan, harus melihat track recordnya. "Kalau memang beliau beliau yang punya uang ini sudah sering berinivestasi dan membeli perusahaan perusahaan, coba lihat karakter beliau beliau ini. Apakah beliau beliau ini memang legowo membawa perusahaan kita ini mau besar bersama atau memang sebenarnya dia mau mengakuisisi perusahaan secara halus, tapi terpaksa. Inilah yang saya sebut sebuah predator," ungkapnya dikutip, Sabtu (27/11/2021).
 
"Ngeri memang. Jadi gak ada bedanya. Nanti ujung ujungnya kita di belakang hari itu seperti karyawan. Kenapa? karena akhirnya mereka yang menguasai mayoritas saham. Di mana kita sebagai pendiri itu akhirnya hanya menjalankan perusahaan dan tersisa sahamnya tinggal segelintir. Dan kita dipaksa dalam agreement nya itu, kita harus menjalankan perusahaan itu entah sampai kapan. Akhirnya kita dipaksa kerja buat mereka," jelasnya.  
Memang, kata Witjaksono, ini tidak semua kondisinya. Tapi mayoritas investor yang punya kapital yang besar itu, mereka berkeinginan menjadi seperti predator.
 
"Teman-teman, sifat manusiawi itu umumnya itu serakah. Jadi keserakahan itu pasti muncul dari semua orang. Umumnta adalah serakah. Makanya kita harus melihat, apakah keserakahan itu memang ada di dalam calon investor yang masuk ke perusahaan kita," tandasnya.
 
Dia juga memisalkan, perusahaan yang dimiliki menerbitkan saham baru 50% : 50% (pendiri dan investor). Pertanyaannya adalah apakah cukup si investor hanya masuk sekali dan mereka tidak akan berinvestasi lagi, karena keinginannya dia untuk meningkatkan valuasi usahanya yang makin besar dan makin besar.
 
"Apakah cukup sekali? Saya rasa dari seluruh investor, kalau bisnis kita bagus, itu tidak akan hanya sekali mereka berinvestasi. Asumsinya adalah 50 dan 50. Happy kita pasti. Kenapa? Karena pada saat kita hanya punya satu warung, kemudian ada orang lain bawa uang ke warung kita. 'he mas, kamu mau nggak tak kasih uang satu miliar, nanti tolong bikinin 5 warung. Tapi saham kita bagi ya 50 : 50'. Oke, tentunya kita siapkan agreement agreement dalam perusahaan," sebutnya. 
 
Kemudian, setelah jadi dari 5 warung itu berjalan, warungnya bagus dan sudah menghasilkan dari targetnya investor yang berinvestasi tadi. 
 
"Wah bagus ini warungnya Mas Witjak. 'Mas Witjak, dalam waktu 1 tahun kita bikin 5 warung, bagus sampeyan kerja ini mas. Hebat. Sampeyan butuh apa lagi mas? 'Gak butuh apa apa sih pak'. Ini karakternya teman teman ni. 'Mas mobilnya sampeyan jelek amat sih. Ganti mobil Mercy lah, musah lah nanti 1,5 miliar'. 'Saya gak punya pak'. Mana mungkin saya punya mobil 1,5 miliar, pendapatan dari perusahaan yang kita bikin aja cuman 20 juta Pak, ngangsur Mercy 50 juta'. 'Gak apa apa lah uang saya dulu, biar keren. Saya beli mobil Mercy ya'. 'Wah kalau gitu terimakasih pak, mau saya'," terangnya. 
 
Setelah setuju, si investor pun mengajukan agar uang yang dikeluarkannya dibuat akad menjadi utang piutang atau dipinjamin uang untuk beli Mercy dengan jaminan saham. 
 
"Senang dia pakai mobil Mercy. Dua bulan makai Mercy, gaya hidup naik. Ini adalah adalah beberapa cara yang dilakukan oleh orang-orang yang punya uang besar ke temen-temen yang bagus bisnis, tapi mereka terlena dengan kehidupan duniawi yang memang dia siapkan sedemikian rupa, akhirnya bisnisnya diambil alih. Terus kemudian, setelah gaya hidupnya meningkat, yang gajinya tadi cuman 20 juta, dengan dia dibekali mobil Mercy, kira kira beban hidupnya naik gak? kira kira, gaya hidupnya naik gak? kira-kira, pola makannya berubah gak? Kira kira dia akan mengeluarkan over budget setiap bulannya lebih tinggi gak? Saya pastikan pasti lebih tinggi," bebernya.
 
Setelah beberapa bulan, si investor itu datang kembali sembari memuji bisnis yang dijalankan sangat bagus dan mendorong agar pemilik perusahaan mengembangkan lagi bisnisnya. 
 
"Wah cocok ini, perusahaan ini harus lebih gede. Lah gimana ini caranya? 'Gak punya uang ini pak'. 'Jangan khawatir soal uang, saya punya uang banyak, nanti saya kasih'. Akhirnya bernegosiasilah mereka berdua. Akhirnya dari awal tadi 1 plus 5 warung, ditawarkan lagi oleh investor. 'Mas, kamu mau enggak tak tawari lagi 20 warung lagi. Ini targetnya proyeksi kita, kalau kita buka 20 warung lagi, itu pendapatan kita jaug lebih besar. Kira-kira kalau saya bukain lagi 20 warung lagi, saya nggak akan gaji sampeyan 20 juta lah, saya kasih gaji sampeyan 50 juta. Jadi kalau gaji sampeyan 50 juta, sampayen gak bisa angsur mobil Mercy sendiri, jangan utang saya teruslah. 'Oo.. iya, betul juga ya. Boleh lah, gak apap apa lah'. 'Tapi duit sampeyan semua ya yang nyediakan. Kan kita sahamnya 50 : 50. Berarti kalau saya punya tambahan 5 miliar, berarti bro harus punya uang 5 miliar, kan ini harus masih ke perusahaan.'Tapi kan saya berjalan baru 1 tahu, keuntungannya setiap bulan, saya baru dapat gaji, dividen kemkemarin baru dapat 100 juta, gimana gua mau dapat uang 5 miliar?'. 'Gampanglah itu, semua berarti duit gua semua berarti. Tapi bro akadnya minjam ya atau saya setorin semua deh 10 miliar deh, tapi saya jadi pemegang saham mayoritas," ujarnya kembali. 
 
Si pemilik perusahaan tadi, sambung dia, pola hidupnya diubah, semuanya sudah diubah, akhirnya gaya hidup yang berubah. Gaya hidup yang berubah itu, tidak relevan dan tidak sesuai dengan kemampuan yang dia punya dan akhirnya dipaksakan. 
 
"Inilah yang dinamakan predator berkedok investor. Jadi notabene sebenarnya adalah, orang-orang yang kaya atau orang-orang yang punya kemampuan finansial yang bagus, itu keserakahan pasti muncul dan keserakahan itu pasti akan berlanjut. Kalau teman teman yang ingin mencari investor atau apalah itu, yang pertama kali teman melihat adalah karakter dan track record dari orang yang ingin menarokkan uangnya ke tempat kita," tandasnya.
 
Untuk mengetahui lebih lengkap ulasan Witjaksono, bisa langsung keYouTube pengusaha muda asal Pati di MABOOR Media.