PALUTA - Terdapat sebuah desa kecil yang berada di pedalaman Kecamatan Dolok, Kabupaten Padanglawas Utara (Paluta) dikenal dengan sebutan Desa Arab.

Pasalnya, keseharaian warga di desa tersebut mulai dari anak -anak sampai orang dewasa dan kalangan usia lanjut mengunakan bahasa arab dalam percakapan sehari -hari.

Desa tersebut bernama Desa Parmeraan, Kecamatan Dolok, Kabupaten Padanglawas Utara (Paluta) yang dihuni sekitar lima puluh kepala keluarga(KK).

Kalau diamati secara sepintas, tidak ada yang istimewa dari desa tersebut. Namun desa tersebut dikenal masyarakat Paluta dengan sebutan "Kampung Arab"

Ternyata, gelar desa tersebut sebagai Kampung Arab tidak hanya asal cetus saja. Sebab, di kampung itu hampir seluruh anak kecil di sana sudah menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa keseharian.

"Untuk sampai ke desa itu yang terletak di pegunungan Dolok harus menempuh jarak 90 Km dari Kabupaten Padanglawas (Palas) yang membutuhkan waktu 5 jam perjalanan dengan mengendarai sepeda motor," kata Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Paluta, Tohong Pangundian Harahap, Selasa (23/11/2021).

Dikatakan, untuk sampai ke desa tersebut butuh perjuangan dan ekstra hati -hati. Sebab, kondisi infrastruktur jalan yang masih memprihatinkan ditambah kondisi medan perbukitan yang di keliling jurang.

"Baru ini kampung Arab ini viral dimedia sosial (Tik Tok ) yang berawal dari unggahan seorang guru Pesantren, Bustaman Perwira Siregar," terang Tohong.

Unggahan vidio di Tik Tok itu, sambungnya menunjukan suasana di desa pedalaman tersebut berkomunikasi dengan santri -santrinya menggunakan bahasa arab.

"Diunggahan tersebut terlihat dengan jelas anak - anak yang sedang bermain -main diajak bicara dengan bahasa arab oleh Bustaman yang dikenal warga guru Ponpes Darussalam Parmeraan," ujar Ketua PMI Paluta.

Tohong menambahkan, sosok Bustaman Perwira Siregar merupakan pria lulusan Al Azhar Kairo Mesir yang memiliki cita -cita mendirikan kampung Arab.

Pada tahun 2019 lalu keinginan itu mulai direalisasikan saat dirinya menjadi pemimpin Tahfidz Quran di Ponpes Darussalam Parmeraan.

Lebih lanjut kata dia, seluruh santriwan-santriwati di Ponpes Darussalam diwajibkan berbahasa Arab sebagai bahasa pengantar. Dengan tujuan agar siswa fasih berbahasa Arab setelah menamatkan pendidikan dari Ponpes tersebut, tutup Tohong mengakhiri bincang-bincang dengan GoSumut.