BINJAI - Pendudk berusia remaja akan menjadi kelompok usia produktif pada 2020 hingga 2030, mereka (remaja) akan menjadi penentu keberhasilan Indonesia meraih bonus demografi pada 2025 dan puncaknya pada 2035.

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Dapil Sumatera Utara,  Anshori Siregar LC

"Remaja sehat, cerdas, dan kuat adalah modal utama pembangunan nasional. Gimana bisa? Karena remaja telah mempersiapkan dan merencanakan masa depannya dengan baik, serta merencanakan kehidupan berkeluarga yang sehat. Sehat mental, sehat finansial, dan sehat reproduksinya, " kata Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia (BKKBN RI), Safrina Salim, saat mensosialisasikan pencegah stunting pada kegiataan kemitraan dengan komisi IX DPR RI, sebagaimana siaran pers diterima GoSumut, Senin (8/11/2021)

Kegiatan Penguatan Peran Serta Mitra Kerja dan Stakeholder dalam Implementasi Kegiatan Prioritas Pembangunan Keluarga Melalui Sosialisasi Pencegahan Stunting di Kota Binjai, pada Sabtu pagi (6/11/2021), dihadiri Deputi Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga (KSPK) Nopian Andusti, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Dapil Sumatera Utara, Anshori Siregar LC, Plt. Kepala Perwakilan BKKBN Sumut, Rabiatun Adawiyah, Koordinator Bidang KSPK, Lucy Destriaki, Kepala OPD KB Kota Binjai, dan tokoh masyarakat setempat

Lanjut Safrina, Presiden Joko Widodo mengamanahkan kepada BKKBN yang memiliki program Generasi Berencana (GenRe) agar dapat mewujudkan generasi muda yang berdaya saing, berkarakter, dan unggul. Program ini, kata dia lagi, dikembangkan dalam rangka penyiapan dan perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja.

"Generasi emas adalah investasi berharga bagi pembangunan dalam menghadapi bonus demografi, serta dapat membantu menurunkan angka stunting yang pada 2024 ditargetkan bisa turun 14 persen. Untuk itu kita memulai dari hulunya, yaitu remaja. Mempersiapkan mereka menjadi calon pengantin dengan menikah diusia ideal, perempuan usia 21 tahun dan pria usia 25 tahun," kata Safrina.

Menurut Direktur Balnak BKKBN RI, program GenRe, membekali remaja dengan pengetahuan Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), kesehatan reproduksi, dan perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja.
Remaja menurutnya, merencanakan kehidupan dan masa depannya yang lebih baik, sebagai ketahanan mewujudkan generasi berkualitas, unggul, dan generasi emas.

"Remaja kita berisiko terhadap pernikahan usia anak, narkoba, melakukan hubungan seks pra nikah. Perilaku ini dapat berdampak pada masa depan mereka, dan ini akan menentukan kualitas mereka kelak sebagai sumber daya pembangunan," demikian tegas Safrina.

Sementara keynote speaker, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Anshori Siregar mengatakan, permasalahan remaja merupakan permasalahan yang sangat komplek. Untuk itu ia mengajak orangtua di Sumatera Utara dan Kota Binjai, agar terus melakukan pengawasan terhadap remaja agar tidak bergaul bebas dan melakukan hal-hal negatif yang dapat merusak moral dan kesehatan mental.

Menurutnya remaja yang sehat, cerdas, dan kuat, modal untuk pembangunan dan berdaya saing di dalam menyambut bonus demografi. Remaja yang sehat dan cerdas kata dia lagi lahir dari rahim ibu yang sehat dan perkawinan yang direncanakan.

"Remaja harus merencanakan masa depannya dengan baik, tidak terlibat narkoba, tidak putus sekolah, sehat saat hamil dan melahirkan anak," demikian tutupnya.

Koordinator KSPK Perwakilan BKKBN Aceh, menambahkan, bahwa program pendampingan keluarga merupakan salah satu pembaruan strategi percepatan penurunan stunting di Sumut yang dilaksanakan melalui pendekatan keluarga.

Deteksi dini faktor risiko stunting, jelasnya, melakukan upaya meminimalisir atau pencegahan dari faktor risiko stunting. Untuk melakukan pendampingan keluarga diperlukan sebuah tim yang disebut Tim Pendamping Keluarga.

Tim Pendamping Keluarga ini terdiri dari bidan, Kader Tim Penggerak PKK dan Kader KB. Mereka melaksanakan pendampingan kepada calon pengantin/calon pasangan usia subur, dan keluarga berisiko stunting.*