MEDAN - Setelah puas menikmati keindahan alam dan kuliner Tanah Gayo di Takengon, Aceh Tengah, 26 bikers SEGA Touring Club (STC) melanjutkan perjalanan pulang ke Medan, Senin pagi (18/10/2021). Mereka memilih rute Takengon-Blangkejeren-Kutacane-Berastagi-Medan. Touring pulang ini seru: banyak tikungan dan pendakian tajam hingga Kutacane, Aceh Tenggara. Rute ini berbeda dari jalur kedatangan Medan-Langsa-Bener Meriah- Takengon dengan jarak 452 km. Meski jaraknya lebih singkat, hanya sekitar 440 km, namun kondisi jalan pegunungan membuat waktu touring pulang ini menjadi lebih panjang. Kalau saat datang waktu tempuh mencapai 13 jam, sedangkan touring pulang ini lebih lama. Soalnya, perjalanan pulang dari Hotel Renggali Takengon yang dimulai pkl. 07.30 WIB ditempuh para bikers STC selama 14 jam hingga ke Berastagi, Sumut. Mereka tiba di kota ini Senin malam pukul 21.00 WIB. Artinya, harus menempuh dua jam perjalanan lagi untuk sampai ke Medan.

"Kalau kondisi medannya tidak bergunung-gunung mungkin waktu perjalanan kita cuma 10-11 jam saja," kata Asiung yang mengendarai Honda bertenaga 500 cc.

Namun para bikers tampak menikmati perjalanan menyusuri tepian Danau Lut Tawar nan indah menuju keluar Kota Takengon. Dataran tinggi yang menghijau kecoklatan membuat sekeliling danau semakin indah, apalagi banyak awan pagi menggantung di sekitarnya. Bahkan setelah panorama danau menghilang rute ini juga menawarkan keindahan hutan eukaliptus dan pinus yang membuat suasana bak di Eropa. Ada pula lembah dan pegunungan dengan layer berlapis-lapis sepanjang mata memandang ke arah ketinggian.

Mereka sering terpesona panorama dan suasana ini. Makanya, tampak berulangkali berhenti menepi sekadar untuk menikmati pemandangan dan berfoto-foto. "Luar biasa indah, ya," kata Jansen, yang menumpang di mobil sebagai biker cadangan. Dua mobil memang ikut memandu dan menjaga para biker selama touring.

Aen, biker lain pun terlihat beberapa kali berfoto-foto dengan motor besarnya. Lalu mengendarai motornya lagi dengan meninggalkan suara lantang, menghilang di antara tikungan mendaki yang diselimuti hutan tropis.

Ada puluhan titik longsor di kawasan ini hingga Berastagi, tetapi masih bisa dilalui mobil, apalagi untuk motor. Kondisi ini membuat skill bermotor diuji dan konsentrasi berkendara pun mesti ekstra tinggi. Apalagi tikungan-tikungan tajam yang mendaki membuat para bikers STC menyusuri rute berketinggian hingga 2.000-an mdpl (meter dari permukaan laut) saat memasuki Gayo Lues yang berjuluk Negeri 1000 Bukit. Sinyal handphone pun sering hilang di sini.

Mungkin kondisi jalan pegunungan itu pula yang membuat lintas tengah Takengon-Kutacane masih lengang dari kendaraan, meski jalanan relatif bagus. Konon pula sepanjang rute Takengon-Blangkejeren yang berjarak hampir 150 km tak terlihat satu SPBU pun. Syukurnya, para bikers STC sudah mengantisipasi keadaan ini dengan mengisi penuh tanki motor masing-masing di SPBU Takengon.

Begitu pun saat sampai di Blangkejeren di siang hari, dan ingin mengisi tanki motor dengan BBM lagi, ternyata tiga SPBU di sana mengalami kekosongan bahan bakar kendaraan itu. Untung para pengecer di pinggir jalan masih punya stok BBM, jadi terpaksa mengisi tanki motor di sana meski harganya lebih mahal. Makkum, sejak akhir September lalu banyak SPBU di Sumut-Aceh mengalami kelangkaan BBM, meski Pertamina berjanji menjaga pasokannya.

Para bikers STC akhirnya menggunakan waktu di Blangkejeren untuk makan siang. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Kutacane. Tapi di tepi Blangkejeren mereka berhenti untuk menikmati durian setempat. Rasanya lumayanlah, mengingat saat ini sedang di pengujung musim durian.

Touring berlanjut. Saat memasuki kawasan Ketambe di tepi Kutacane, Aceh Tenggara, para bikers menepi kembali di pinggir Sungai Alas sambil menikmati kelapa muda. Sungai Alas mengalir deras dengan warna kecoklatan membawa lumpur akibat hujan deras di hulunya yang berada di dalam Hutan Leuser.

Di tepi Sungai Alas ini terlihat sejumlah bikers mulai kelelahan. Tapi semangat membuat mereka kuat melanjutkan perjalanan touring pulang.

Mereka semakin bersemangat sewaktu memasuki wilayah Sumatera Utara di Tanah Karo yang berbatasan dengan Kutacane , Aceh Tenggara. Kala itu sore menjelang senja. Anehnya, jalanan mendadak kupak-kapik di beberapa titik wilayah Sumut, padahal jalanan sepanjang Aceh senantiasa mulus dan terawat.

Tapi saat meninggalkan kawasan Mardingding, Tanah Karo, dua orang bikers tertinggal jauh di belakang. Rupanya, salah seorang dari mereka kelelahan dan mengalami sakit, sehingga seorang lagi menjaganya di sana.

Acuan, ketua STC meminta tim mobil untuk menjemput. "Tolong dijemput kawan kita di sana, nanti motornya dikendarai yang lain saja," pinta Acuan.

Penjemputan berjalan lancar. Biker itu mungkin hanya kelelahan sehingga diminta beristirahat di mobil hingga memasuki Berastagi, Tanah Karo. "Mudah-mudahan setelah tidur di mobil dan makan malam, saya bisa melanjutkan perjalanan pulang naik motor lagi, " katanya yakin.

Anthony Limtan, humas STC, angkat dua jempol melihat kekompakan para bikers selama touring Medan-Takengon-Medan sejak Sabtu subuh hingga Senin malam (16-18/10/2021). "Kita cukup solid, terbukti bisa menyelesaikan masalah selama touring, seperti ban pecah, jatuh dari motor, sampai ada yang ketinggalan karena sakit," ungkapnya.

Dia mengakui touring STC kali ini memang berat tapi seru. "Setidaknya para bikers STC sudah merasakan sadisnya tikungan dan pendakian tajam di rute Medan-Takengon-Medan, tapi semua terobati dengan keindahan alamnya yang luar biasa. Bisa naik lagi imunitas kita jadinya," kata Anthony disambut senyum dan tawa para bikers.

Dari Berastagi para bikers STC pun melanjutkan perjalanan pulang ke Medan. Namun sebagian memilih bermalam di kota ini. Mereka beristirahat di sini untuk menikmati kesejukan udara pegunungan sembari leha-leha di pemandian air panas Sidebuk-debuk. "Kami rileks sekejap, biar tetap segar sampai Medan, " ungkap Asiong Bali, biker rambut panjang dan bertato keren di tangan.*