LHOKSEUMAWE – Warga masyarakat minta agar Kereta Api (KA) perintis Aceh yang selama ini menjalani rute pendek dan berlangsung sudah bertahun-tahun itu segera dialihkan ke jalur panjang, pasalnya moda transportasi darat  seperti kereta api akan menguntungkan bagi masyarakat Aceh. Hanya saja, masyarakat menilai pembangunan moda transportasi darat tersebut sangat lambat, padahal kereta api perintis Aceh sudah berjalan sekitar 3 atau 4 tahun di Aceh.

“Jangan sampai kehadiran kereta api perintis  Aceh, akan terus menerus menjadi perintis tanpa ada kelanjutannya,” katanya.

Pengamat Sosial dari Universitas Malikussaleh (Unimal) Dr Anwar Puteh,SE,ME, Senin (4/10) mengakui kebijakan pembangunan moda transportasi darat Kereta Api di Aceh sangat lamban dan jauh lebih cepat dibandingkan pembangunan jalan TOL.

‘Semestinya pembangunan moda transportasi darat seperti Kereta Api, apalagi saat ini angkutan KA Perintis Aceh sudah berjalan, bahkan merupakan KA perintis pertama di Indonesia, makanya perlu dipercepat pembangunannya. Kalau sekarang KA Perintis Aceh baru menjalankan rute pendek hanya sekitar 11 km yang menghubungkan tiga stasiun yakni di Krueng Mane, Bungkaih Kecamatan Muara Batu dan stasiun Krueng Geukeuh di Kecamatan Dewantara,” katanya,   

Saat Menteri Perhubungan masih dijabat oleh EE Mangindaan dimasa pemerintahan SBY tahun 2013 lalu angkutan KA Perintis Aceh menjadi rule model, soalnya angkutan KA Perintis Aceh baru pertama kali dikembangkan dan diresmikan oleh menteri.

“Bahkan ketika itu Kementerian Perhubungan memberikan subsidi sebesar Rp 1,38 miliar untuk mewujudkan moda transportasi perintis darat di Aceh dan perttama di Indonesia menjalani rute pendek stasiun Krueng Mane – Bungkaih dan Krueng Geukeuh dengan jarak 11 km,” katanya.

Awalnya, tambah Anwar, Puteh KA Perintis Aceh dibangun untuk mendukung Percepatan pembangunan dan perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

“Namun kenyataan sekarang, arah pembangunannya semakin tidak jelas, buktinya  KA Perintis Aceh masih saja menjalani rute pendek dan belum membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Aceh,” sebutnya.

Padahal, kata Anwar Puteh, berdasarkan data yang diperoleh, Kemenhub berencana  mengembangkan pembangunan jaringan kereta Aceh sejak tahun 2014 hingga 2016 dengan trase Bireuen-Lhokseumawe sepanjang 65 Km, Langsa-Batas Sumut sepanjang 32 Km. selanjutnya tahun 2017 hingga 2020 trase Lhokseumawe-Langsa sepanjang 166 km. Sedang tahun 2021 hingga 2025 dengan trase Bireuen-Sigli sepanjang 107 km, dan Sigli-Banda Aceh sepanjang 120 Km.