MEDAN - Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung 1,6 tahun, sudah banyak memakan korban. Di kalangan pebisnis, tidak terhitung jumlah pengusaha yang mengibarkan  bendera putih tanda menyerah.  Namun yang dijalankan oleh Rudy Hartono Salim yang mengandalkan armada Isuzu, justru terlihat kokoh menghadapi wabah Covid-19 yang dasyat itu. Salah satu bisnisnya dengan bendera CV Teman Setia (TS) bergerak di bidang transportasi CPO yang digeluti pria berumur 48 tahun, mengandalkan 130 unit kendaraan Isuzu. Dalam kesempatan berjumpa dengan wartawan, Rudy Hartono Salim membeberkan kisahnya menembus belenggu wabah Covid-19. “Tahun 2000, saya mengalihkan unit truck yang ada menjadi truck tangki CPO karena peluang angkutan CPO ini sangat menjanjikan,” bebernya. “Apalagi Isuzu ini membuktikan Irit solar dan handal,” imbuhnya di Medan, sebagaimana dikutip Kamis (19/8/2021).

Untuk keiritannya, Rudy Hartono mentargetkan konsumsi solar armadanya di kisaran 1:2. Ternyata di lapangan, sopir-sopirnya justru menembus konsumsi solar hingga 1:4. “Ya sudahlah kelebihannya biar dikantongi sopir-sopir saja. Kan lumayan toh?” kata pengusaha yang sangat dikenal tidak hanya di Medan saja, tetapi juga di daratan Sumatera.

Rudy mengaku semakin jatuh hati dengan Isuzu karena dukungan purna jual PT. Isuzu Astra Motor Indonesia ini sangat menjanjikan. Antara lain jaminan harga spare part yang terjangkau, serta dukungan training mekanik dan training untuk driver. “Buat kami, apa yang disediakan Isuzu itu sangat penting,” beber ayah 3 orang anak.

Maka tidak heran, bila pandemi yang sudah berlangsung hampir 2 tahun itu hampir tidak berdampak kepada bisnis dan kehidupan pribadi pengusaha ini. “Hampir tidak ada efek dikarenakan CPO adalah bahan pokok untuk kebutuhan sehari – hari. Supply dan demand masih tinggi yang membuat saya ketagihan untuk terus menambah unit armada isuzu," ungkapnya.

Karena faktor-faktor di atas, Rudi mengaku setiap hari bisa menghemat biaya operasional setiap armadanya itu sekitar Rp. 500.000 hingga Rp. 1.000.000. “Lumayan bisa bantu-bantu sopir-sopir saya untuk membeli beras,” katanya berkelakar.*