PADANG SIDEMPUAN - Tokoh muda Kota Padang Sidempuan, Rusdianto Harahap memberikan bantuan kepada lima kepala keluarga yang sudah satu pekan mengungsi ke salah satu rumah warga di Kecamatan Padang Sidempuan Batunadua, Minggu (27/6/2021). Warga itu meninggalkan desanya di Labuhan Labo, Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara, karena takut dan terancam gara-gara persoalan Bantuan Langsung Tunai (BLT).

"Ini sebagai bentuk belas kasih kepada saudara-saudara saya yang masih satu daerah dan sebangsa. Bukan dari nilainya, tapi mudah-mudahan bisa bermanfaat dan digunakan," ungkap Rusdianto saat mengunjungi warga yang mengungsi di salah satu rumah di Kecamatan Padang Sidempuan Batunadua.

Rusdianto yang akrab dipanggil Rusdi ini mengatakan, dia tersentuh saat mengetahui ada sejumlah warga yang harus pergi dari desanya, karena takut dan terancam gara-gara persoalan BLT. Dan mengakibatkan, aktivitas serta kondisi ekonomi mereka terganggu.

"Ditambah lagi warga kita ini, memiliki anak-anak yang juga terancam kebutuhan hidupnya. Apalagi saya dengar, sampai hanya memakan ubi," ujar Rusdi.

Rusdi yang juga pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Padang Sidempuan menyampaikan, dia tidak mencampuri terkait persoalan yang terjadi. Namun, imbas dari persoalan itu sampai membuat warga susah dan harus mendapat bantuan.

"Saya berharap persoalan ini segera selesai. Dan mendapat perhatian serta dukungan dari seluruh pihak yang ada. Sangat miris sekali, jika ini menjadi persoalan yang terus berlanjut dan tidak ada solusinya. Semoga saja menjadi perhatian semua pihak," kata Rusdi.

Salah seorang warga yang mengungsi, Suriani (35) mengatakan, dia mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan. Dan apa yang diberikan tersebut, bisa membantu meringankan kebutuhan hidupnya, bersama warga lainnya yang ikut mengungsi.

"Kami ada lima KK yang mengungsi di sini. Dan sudah lebih satu Minggu kami menumpang di rumah ini. Terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada kami, dan ini sungguh sangat membantu kami," ungkap Suriani, warga Desa Labuhan Labo, Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara, Kota Padang Sidempuan.

Suriani menceritakan, dia bersama suami, anak-anaknya dan empat kepala keluarga lainnya harus terpaksa meninggalkan desa mereka, karena takut dan terancam.

Jumat, 18 Juni 2021 malam, suami-suami mereka dibawa ke Balai Desa setempat. Mereka dituding melakukan kegiatan yang melanggar protokol kesehatan.

"Kami dituduh melakukan kumpul-kumpul, padahal kami berkumpul antar sesama warga sekitar. Dan itu hanya alasan mereka untuk menyalahkan kami," kata Suriani.

Suami-suami mereka dibawa dan digiring ke Balai Desa dengan cara yang kasar. Sambil diteriaki dan diancam. Suriani menyebut, yang melakukan itu adalah kelompok masyarakat yang sebagian merupakan aparatur desa setempat.

"Tapi saat itu ada Kepala Desa juga, tapi dia tidak berbuat apa-apa dan seolah mendukung apa yang dilakukan kelompok masyarakat tersebut," ujar Suriani.

Di Balai Desa, suami-suami mereka ditanyai soal maksud dan tujuan mereka berkumpul. Bahkan, mereka sempat mendapat teriakan ancaman yang sangat tidak manusiawi.

"Sempat diancam bakar, usir dan kata-kata keji dan kotor. Dan sangat tidak pantas diucapkan kepada kami, karena kami adalah warga mereka," kata Suriani.

Kejadian itu didengar aparat keamanan setempat, lalu membawa suami-suami mereka ke Polsek Batunadua agar situasi kondusif.

"Sejak dari Polsek, suami-suami kami tidak berani kembali ke rumah. Begitu juga dengan kami, juga harus ikut karena merasa sudah terancam. Dan untung ada warga di sini yang menerima dan membantu kami untuk menumpang," ucap Suriani.

Suriani menyebut, persoalan itu diyakini mereka akibat BLT yang sempat mereka tanyakan kepada pihak aparatur desa setempat. Ada, BLT yang menjadi hak mereka namun tidak diberikan.

Juga, terkait hal lainnya yang menyangkut keterbukaan aparatur desa tentang penggunaan dana desa.

"Mulanya dari BLT. Ada beberapa bulan BLT di Tahun 2020 yang menjadi hak kami dan kami tanyakan, namun sampai sekarang tidak ada realisasinya. Juga terkait persoalan di desa yang kami anggap tidak ada keterbukaan," ungkap Suriani.

Kepala Desa Labuhan Labo, Hadi Santoso, saat dikonfirmasi mengenai persoalan tersebut, tidak memberikan jawaban yang jelas. Dia malah menyuruh untuk menanyakan masalah itu ke sekretarisnya.

"(Hubungi) ke nomor sekretaris desa aja," ujarnya lewat pesan singkat.