MEDAN - Dusun IV Desa Kota Galoh Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ternyata memiliki banyak potensi besar. Desa yang memiliki luas sekira 47 hektar ini, ternyata dipenuhi berbagai macam usaha, mulai dari perabot rumah tangga, butut, peternak ayam hingga ikan.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Dusun 4 yang dihuni sekira 100 Kepala Keluarga ini terdapat 15 Kepala Keluarga petani ikan dengan jumlah kolam yang bervariasi. Bahkan ada yang memiliki sampai 40 unit kolam ikan. Jenis ikan yang dibudidayakan juga beragam seperti patin, gurami, nila dan lele.

Kapasitas produksi panennya dalam sekali panen bisa mencapai 10 ton. Sementara ikan tersebut dipasarkan ke berbagai daerah, disamping ada juga yang dibeli langsung agen untuk dijual ke daerah lain. Selain ikan, juga ada usaha 8 Kepala Keluarga (KK) petani ayam, kapasitas produksinya bervariasi, tergantung besar kecilnya usaha yang dikelola. Selanjutnya ada dua Kelapa Keluarga yang memiliki usaha perabot rumah tangga, dua butut, bakso serta usaha batok kelapa.

Tidak hanya potensi bisnis, Dusun IV ini juga memiliki peninggalaan dari nenek moyang mereka, berupa ibadah Tionghoa yang sampai saat ini masih dipergunakan masyarakat setempat.

"Di Dusun IV ini warganya pada memiliki usaha, mulai dari ternak ayam, bebek, ikan, petani, dan ada juga toko pembuatan perabotan," jelas Bakzit (60) warga setempat saat diwawancarai GoSumut Minggu (13/6/2021).

Kata Bakzit, kakeknya pertama kali menetap di Dusun ini awalnya memulai usaha bercocok tanam padi dan sayuran. Hampir seratusan tahun lalu keluarga besarnya sudah tinggal di wilayah ini. Selama tinggal di daerah ini, Bakzit mengaku tidak ada menghadapi masalah. Sebagai generasi keempat yang tinggal di dusun ini, usaha yang dikelola pun semakin beragam.

Bakzit sendiri sudah memulai usaha budi daya ikan sejak 30 tahun terakhir. Usaha ini menjadi salah satu sumber penghasilan keluarga, meski dalam mengelolanya tidak selalu memberikan keuntungan besar. Bahkan akunya, usaha ikan ini nyaris tidak bisa membawanya menjadi kaya.

Namun dengan adanya oknum yang melakukan pengukuran lahan di Dusun tersebut, masih menimbulkan tanda tanya. Sebab setelah bertahun-tahun dan turun temurun tinggal, mereka pertanyakan alas hak lahan tersebut. Terlebih selama menetap di Dusun ini, setiap tahunnya rutin membayarkan PPB.

"Sudah tiga kali ini tanah di Dusun lV di ukur oleh oknum tak dikenal, dan setelah mereka melakukan pengukuran, mereka meletakkan plang. Nama-nama ganti-ganti, sekarang atas nama "Tengku Nurhayati"," ucap Akun warga setempat.

Dusun IV yang akrab dipanggil desa mandiri itu sampai hari ini bertanya-tanya perihal tanah mereka yang di ukur-ukur tanpa adanya penjelasan maksud dan tujuan. "Kita masih bingung dan tanda tanya besar, pengukuran yang dilakukan," ujarnya.

Warga berharap desa yang diwariskan itu terlindung dari oknum yang mencoba-coba mengusik dan mengambil hak mereka.

Dia berharap desa yang diwariskan itu terlindung dari oknum yang mencoba-coba mengusik dan mengambil hak mereka.

Terpisah, Andri warga Dusun IV Kota Galuh juga mengaku sejak neneknya sejak pertama menginjakkan kaki di wilayah ini, memulai usaha bercocok tanam. Kemudian seiring berjalan waktu, mulai beralih ke usaha ayam petelur dan juga ikan. Salah satu jenis ikan dikembangkannya, gurami.

Hasil budi daya ini, banyak diminta di pasar lokal serta pasar luar lokal oleh agen. Seperti Medan, Binjai, Kisaran, bahkan hingga ke Sumatera Selatan. Produksi ikan ini, memiliki potensi dan peluang tersendiri dalam memasok kebutuhan masyarakat Sumatera Utara.