MEREKA yang diminta menggambar sesuatu dalam waktu cepat, pasti akan menggambarkan dua gunung, jalan di tengahnya, sawah, matahari di antara gunung dan angka tiga tengkurap sebagai burung: adalah mereka yang jika memegang setir saat mundur akan membuka kaca jendela lalu mengeluarkan kepalanya melihat ke belakang, walaupun ada 3 spion dan 1 layar monitor di depannya.

Mereka adalah orang yang hidup di tahun 2021, menggunakan telepon pintar, tetapi lebih suka bercakap dan tidak pandai menggunakan jari-jarinya.

Mereka adalah penghuni gua batu bersama Keluarga Pak Flinstone.

 

2021 dan Makhluk Gua Batu

Pagi ini seorang sahabat menelepon saya berlama-lama hanya untuk mengatakan akan mengirim surat undangan pernikahan anaknya. Kami berdebat tentang pengiriman undangan itu. Saya minta difoto saja dan kirimkan ke WA saya. Dia bersikeras untuk mengirimkan secara langsung.

Satu penghuni gua batu memulai hari saya. Padahal hari ini sudah ada aplikasi undangan online. Cukup set undangan, lalu kirim melalui WA dan sejenisnya atau email. Sederhana, gratis dan cepat. Sayang penghuni gua yang sahabat saya ini masih berpikir dengan cara jaman batu. Masih mau buang uang untuk desain, cetak dan kirim secara fisik. Tentang tata krama, sudah saya jelaskan, saya lebih mudah pakai online, bisa langsung saya koneksikan dengan kalender digital saya. Jadi terhindar dari lupa.

Siang hari yang panas ini semakin memanas ketika pertemuan bisnis kami terganggu oleh telepon berulang kali yang dilakukan oleh salah seorang teman kami. Bolak balik ia meninggalkan pertemuan. Saya lirik dia berbicara seperti orang dari Asia Selatan. Kepala dan tangannya bergerak-gerak seolah-olah sedang menggambarkan sesuatu tetapi yang di seberang telepon tidak juga paham.

“Bodoh kali anggotaku, bah,” kata dia sekembali ke meja pertemuan.

Lalu saya bertanya, “Ada apa?”

“Saya minta dibelikan piring, gelas dan cangkir macam yang di meja ini, tapi tak paham-paham juga dia, padahal sudah saya jelaskan bentuknya, warnanya, ukurannya, bahkan mereknya,” keluh si kawan.

Saya berkata, “Kenapa gak abang fotokan saja barang itu dan kirim ke WA dia?”.

Penghuni gua batu yang satu lagi ini baru tersadar dan membela diri, “Tak puas kalau tak cakap...”

Pertemuan bisnis kami juga terganggu oleh seorang klien yang beberapa kali menelepon saya hanya untuk mengingatkan jadwal konsultasi minggu depan. Padahal kami sudah membuat pengingat secara digital di layanan google calendar. Mesin yang bekerja mengingatkan kami, 2 hari sebelum, 1 hari sebelum, 4 jam sebelum dan 1 jam sebelum acara kami.

Satu lagi penghuni gua batu yang jika jadi pilot pesawat yang dengan semua panel kontrol canggih di depannya masih tetap jinjit dari kursi pada waktu mau mendarat.

Keseruan hari ini tidak berhenti di sini. Malam hari seorang profesor meminta saya menyerahkan dokumen. Katanya, sudah dikasih sama tenaga admin kampus.  Ketika saya konfirmasi kepada yang bersangkutan, dia mengaku sudah menghubungi saya via telepon dan WA. Penghuni gua batu yang pandir ini tidak tahu bahwa ada rekam jejak digital yang bisa dilihat, semua aktivitas telepon tercatat, bisa dilihat ulang, bisa dibuktikan bahwa dia tidak sedetik pun telepon saya dan tidak satu titik pun ada mengirim WA ke saya.

Yang saya alami hari ini sangat mungkin Anda alami di keseharian Anda. Kita yang hidup di tahun 2021 masih tetap terpaksa bergaul dengan orang-orang dari jaman batu.

Yang menyedihkan adalah faktanya para penghuni gua batu ini memegang telepon pintar yang mahal-mahal.

Digital Atau Tertinggal

Bersiaplah menjadi usang ketika tidak mengikuti perkembangan jaman. Bersiaplah ditinggal jika tidak bisa mengikuti jaman digital. Jaman jari, bukan jaman mulut.

Mereka yang usang hanya menang tua, tapi kolot, bodoh dan jadi biang kerok. Mereka yang usang, hanya akan menjadi penghambat kemajuan anak muda.

Akhir bulan ini kami akan menyelenggarakan Pertemuan Dagang secara Online. Persyaratan utama bagi peserta adalah mereka yang bisa komunikasi digital. Bagi mereka yang memilih bertanya kepada panitia dengan telepon dari pada kirim teks atau email, sudah bisa dipastikan akan tidak lulus seleksi menjadi peserta.

Silakan saja kembali ke gua batu anda.

*Penulis adalah Business Coach dengan sub spesialisasi bisnis keluarga