MEDAN - Dinas Pendidikan (Disdik) Sumatera Utara (Sumut) angkat bicara mengenai keluhan orang tua siswa terkait situs penerimaan peserta didik baru (PPDB) di Sumut yang disebut eror. Disdik Sumut pun membantah tuduhan itu.

Sekretaris PPDB Disdik Sumut, Suhendri, menganggap masyarakat belum memahami sepenuhnya cara mengoperasikan situs PPDB tersebut.

"Pada prinsipnya yang sedang hari ini terjadi adalah sebagian besar ada kesalahan dalam menggunakan alat komunikasi, kebanyakan ada yang menggunakan handphone, kemudian cache atau history yang ada di handphone itu tidak dihapus sehingga masyarakat mengalami kendala di situ, itu saja sebenarnya," kata Suhendri kepada wartawan di Kantor Disdik Sumut, Selasa (8/6/2021).

Suhendri menuturkan pihaknya akan terus mengedukasi masyarakat. Disdik, terang Suhendri, tidak akan merugikan calon peserta didik.

"Intinya orang tua hadir hari ini kita akan support untuk membantu edukasi, karena mungkin khawatir kita memang ada kendala didigitalisasi. Karena itu, kita coba lakukan edukasi hari ini membantu masyarakat untuk bisa akses. Tapi intinya dari permasalahan ini dinas pendidikan tidak akan pernah merugikan calon peserta didik sehingga kita berharap hari ini masalah-masalah yang sedang dihadapi bisa di-clear-kan dan masyarakat kita harapkan yang hadir hari ini bisa menjadi corong untuk menyampaikan ketika ada kendala yang sama dialami mereka alami hari ini," ujar Suhendri.

Dalam kesempatan yang sama, Suhendri menjelaskan soal ketidaksesuaian pilihan sekolah dengan hasil dari situs tersebut. Sebagai contoh, beberapa orang tua siswa kebingungan lantaran memilih sekolah A pada situs PPDB, namun hasil akhir yang tertulis malah sekolah B.

Suhendri menganggap pilihan sekolah tidak sesuai lantaran sistem registrasinya belum lengkap.

"Pilihan sekolah kita hari ini sudah sesuai, artinya kalau ada misalnya kemudian muncul tidak sesuai dengan pilihan atau salah atau tidak kelihatan, karena sistem registrasinya belum lengkap, belum sempurna. Dan itulah yang menjadi kendala awal kenapa itu muncul, karena di cache atau history itu kemudian belum dihapus oleh masyarakat kita sehingga yang muncul adalah pendaftaran yang belum valid. Tapi tadi beberapa sudah kita lakukan edukasi dan coba membantu, dan alhamdulillah sudah clear, beberapa masyarakat sudah kembali lagi," sebut Suhendri.

Selain itu, Suhendri menjelaskan, masyarakat yang hadir di kantor Disdik Sumut tidak hanya mengeluh soal aplikasi, tapi juga masih banyak yang belum tahu tentang aplikasi tersebut.

"Kalau di bagian aplikasi Alhamdulillah sudah supporting, sudah siap support jadi seperti tadi saya temukan masalah, ternyata orang tua kita itu ternyata belum melakukan pendaftaran sesuai dengan link aplikasi yang diberikan, masih salah. Jadi yang hadir hari ini bukan semuanya bermasalah di sistem pendaftaran, tapi juga yang belum familiar terhadap bagaimana cara mendaftarkan itu," ujar Suhendri.

"Kita sudah mengupayakan melakukan sosialisasi sebanyak-banyaknya melalui media sosial dan bantuan teman teman guru melalui ikatan guru Indonesia untuk menyampaikan ini kepada masyarakat bagaimana kemudian masyarakat bisa melakukan pendaftaran. Tapi lagi-lagi kita tidak bisa menyalahkan masyarakat, karena masyarakat kita beragam karena itu kita siap support terhadap hal demikian," sebut Suhendri.

Suhendri mengaku, selain di Disdik Sumut, pihaknya membuka pelayanan di cabang dinas. Petugas siap melayani setiap keluhan masyarakat yang datang.

"Hari ini penanganan masih ada di sini, kalau di cabang dinas sudah ada penanganan sehingga kita berbagi. Jadi kalau mereka datang kemari kami siap melayaninya kalau datang ke cabang dinas, tim cabang dinas siap melayani," ujar Suhendri.

Ortu Siswa Geruduk Kantor Disdik
Sebelumnya, sejumlah orang tua siswa mendatangi kantor Disdik Sumut. Mereka meminta kejelasan soal situs PPDB Sumut yang dianggap eror.

Salah satu orang tua siswa, Mery Ginting mengatakan kedatangannya ke kantor Disdik untuk mencari solusi terkait pendaftaran untuk anaknya. Dia mengaku ada masalah saat proses pendaftaran tersebut.

"Pertama kita sudah melakukan pendaftaran, anak saya dari prestasinya, ikut jalur prestasi. Ternyata setelah saya print bukti registrasi yang keluar itu jalur afirmasi. Kan itu nggak nyambung," sebut Mery.

Mery awalnya telah melakukan komplain ke sekolah yang dipilihnya. Namun tidak mendapat respons.

Jadi kita sudah komplain ke SMA 1 (Medan) belum ada jawaban. Jadi hari ini, hari kedua kita coba lagi ternyata pilihan SMA 1 larinya ke SMA 2. Sampai 10 kali kita ulangi terus. Dah didata semua historisnya, masih tetap sama," sebut Mery.

Mery berharap anaknya itu tetap bisa mendaftar pada jalur prestasi. Namun, sejauh ini pendaftaran itu belum tercapai lantaran sistem yang kurang baik.*