JAKARTA - Klaster corona (Covid-19) di Bandara Changi Singapura membuat heboh. Akibatnya semua pekerja di terminal operasi bandara itu di tes corona dalam "operasi pengujian khusus".

Mengutip CNBC Indonesia yang melansir Channel News Asia, Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) dan Changi Airport Group (CAG) mengatakan pengujian sudah dimulai sejak Minggu (9/5/2021). Sekitar 9.000 pekerja akan menjalani tes.

Hal ini akibat ditemukannya total delapan kasus positif Covid-19 di bandara tersebut selama 10 hari terkahir.

"Ini mengkhawatirkan," kata CAAS dan CAG dalam sebuah pernyataan, dikutip Senin (10/5/2021).

Mereka yang diperiksa adalah para pekerja Terminal 1, Terminal 3 dan Bandara Jewel Changi. Terminal 2 sendiri tidak beroperasi.

"Sebanyak 92% pekerja penerbangan garis depan telah divaksinasi, risiko infeksi tetap ada," ujar keduanya lagi.

Kasus pertama di Bandara Changi terdeteksi 5 Mei. Seorang petugas kebersihan berusia 88 tahun yang bekerja di Terminal 3 Bandara Changi terinfeksi.

Pada hari Sabtu (8/5/2021), tiga pekerja bandara yang terkait dengan infeksi itu dinyatakan positif. Kemarin, ada empat kasus baru di bandara terdeteksi.

Dari delapan infeksi itu, dua dinyatakan positif untuk varian B.1617India.Varian ini disebut "variant of interest" yang disebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) salah satu sebab tsunami corona India.

Per hari ini, Terminal 3 Bandara Changi Basement 2 sudah ditutup untuk umum. Sebelumnya, Singapura juga menemukan empat kasus di pelabuhan Singapura, Pasir Panjang.

"Banyak yang dipertaruhkan jika pelabuhan dan bandara kami tidak dapat berfungsi. Satu implikasi yang jelas adalah jalur pasokan kami, dan kelangsungan hidup Bandara Changi di masa depan. Kami perlu melindungi garis depan kami untuk melindungi seluruh Singapura," kata Menteri Transportasi Ong Ye Kung di Facebook semalam.

Selain meningkatkan pengujian, Singapura akan melakukan pemisahan pekerja berisiko tinggi terpapar baik oleh pelaut atau pelancong. Juga akan ada dorongan untuk lebih banyak vaksinasi.

Sebelumnya, Singapura telah memvaksin lebih dari 95% (43.100) pekerja berisiko tinggi. Ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa individu yang divaksinasi cenderung tidak terinfeksi dan mengalami gejala yang parah.

"Tetapi infeksi baru-baru ini menunjukkan bahwa pekerja non-garis depan juga dapat berisiko. Jadi kami akan mendorong untuk memvaksinasi pekerja lain yang memenuhi syarat secara medis," kata Ong lagi.