JAKARTA - Ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Tan Hok Liang alias Anton Medan meninggal dunia, Senin (14/3) siang. Pria yang bernama muslim Muhammad Ramadhan Effendi itu meninggal dengan riwayat penyakit stroke dan diabetes. Pengurus PITI Jakarta Pusat, Tonny Rasamala mengatakan pria berusia 63 itu mengembuskan nafas terakhir di kediamannya, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Rencananya, Anton Medan akan dimakamkan di kompleks pondok pesantren At Taibin di Pondok Rajeg, Cibinong.

Anton Medan selama ini dikenal sebagai mantan preman di Indonesia. Ia bergelut dengan dunia kejahatan sejak usianya masih 12 tahun. Dia bolak-balik keluar masuk penjara karena kasus perampokan, judi dan aksi premanisme lainnya.

Kehidupan Anton Medan berubah drastis. Pria yang lahir di Tebing Tinggi, Sumatera Utara, 10 Oktober 1957, menjadi mualaf sejak 1992. Ia kemudian memiliki nama baru: Muhammad Ramadhan Effendi.

Ia bahkan mendirikan rumah ibadah yang diberi nama Masjid Jami' Tan Hok Liang di Pondok Pesantren At-Taíbin, Pondok Rajeg, Cibinong. Selain itu, ia juga aktif di PITI sebagai ketua.

Pada masa Orde Baru, nama Anton Medan diketahui tak lepas dari dugaan keterlibatan kisruh politik.

Mengutip berbagai sumber, Anton sempat terseret dalam penyidikan kasus kerusuhan 1998 karena diduga terlibat. Namun tudingan itu ia tampik. Anton menolak bersaksi kecuali Komnas HAM mau merehabilitasi namanya.

Anton yang merupakan keturunan Tionghoa, sempat dijadikan kambing hitam atas terjadinya kerusuhan anti Tionghoa di Jakarta yang dipicu oleh krisis finansial dan tragedi Trisakti.

Tak hanya sekali tudingan diarahkan ke wajah Anton. Di tengah krisis politik di masa itu, Anton disebut-sebut telah direkrut dan dimanipulasi Prabowo Subianto, yang saat itu merupakan menantu Soeharto, untuk mendapatkan pendukung militan.

Waktu demi waktu berlalu, Anton Medan kemudian lebih dikenal sebagai seorang mualaf yang aktif di PITI. Pada masa Pilkada 2017 silam, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengaku disambangi Anton Medan untuk maju dalam Pilgub DKI. Namun, kala itu Ahok mengaku dengan bijak untuk menolaknya.

"Tadi dia datang dan berkata mau meluncurkan sahabat Ahok dan mau mengumpulkan dukungan. Dia minta izin ke saya tapi saya katakan tak bisa," kata Ahok kala itu kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, 16 Maret 2016.

Saat itu, Ahok memberikan alasan kepada Anton Medan bahwa sudah ada satu kelompok yang bekerja mengumpulkan dukungan yang menamakan diri Teman Ahok. Basuki pun sudah percaya pada Teman Ahok dan menegaskan jika ada yang mau mendukung dirinya haruslah melalui Teman Ahok.