MEDAN - Klinik Pantun Dr. Umar Zein, Medan bersama komunitas Rumah Sastra Subuh, Riau dan Zoom Alumni FKUSU 76-77, telah berkolaborasi dan melaksanakan virtual meeting baru baru ini.


Dalam virtual yang berlangsung pada 5 Februari 2021 malam, kolaborasi seni yang dipandu dr. Agusnadi Talah, Sp.A sebagai host dan moderator dengan topik 'Mari Belajar Menulis Pantun', mengajak masyarakat luas untuk memasyarakatkan pantun dan memantunkan masyarakat.

"Intinya, kita ingin masyarakat memiliki jiwa seni dalam dirinya, yakni dengan cara memulai belajar menulis pantun," ungkap Umar Zein saat dihubungi awak media ini, Minggu (7/2/2021) sore.

Virtual yang diikuti oleh para seniman termasuk dari berbagai bidang ilmu disiplin ini, turut menyajikan berbalas pantun. Namun ada satu yang menggelitik Umar Zein mengenai salah satu pantun yang dikutipnya.

"Berburu ke padang datar
Dapat rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagai bunga kembang tak jadi

Pantun di atas tidak tahu siapa penulisnya. Pantun itu sungguh indah rima dan pesannya. Sampirannya bersilangkait dengan isi. Ada rima awal, tengah dan akhir," ujarnya.

Dari 2 bait pantun itu, Umar mencoba menyelisik. "Rusa biasanya berada di kawasan tanah datar. Bukan berbukit-bukit. Rusa, sulit mendapatnya, karena larinya kencang. Apalagi rusa berkaki belang. Mendapatkan ilmu tidak sulit, namun harus ada niat dan kesungguhan, bagai mendapat rusa belang kaki. Ini termaktub dalam isi pantun," bebernya.

Untuk 2 bait terakhir, umar menyampaikan, berguru bisa pada siapa saja, termasuk pada alam terkembang. " Alam Takambang Menjadi Guru, kata pepatah Minang. Rima ini terdiri dari huruf vokal a-i-u-e-o dalam larik pantun. Sajak pantun ab-ab, maksudnya akhir kata bunyinya huruf vokal berbeda pada kata awal dan akhir larik pantun," bilangnya.

Di sisi lain, Umar juga mengatakan, walau narasumbernya bukan ahli bahasa, apalagi ahli sastra, namun peserta antusias dan memberi masukan yang sangat baik dalam diskusi.

"Tahap awal, diskusi terbatas membahas rima awal dan rima akhir saja. Juga upaya membuat sampiran agar punya makna," jelasnya.

Di virtual ini, hadir juga dari Sumatera Utara seperti Datok Syarifuddin Siba (Owner Siba Island), Syafnir Chazwan (dokter), Aisah Basar (guru, penyair, sastrawati), Syafaruddin Marpaung (guru dan penyair) dan Indra Janis (dokter, Dekan FK UISU).

Sedangkan dari Kepri, Tarmizi Rumahitam (Seniman, penyair, budayawan, pimpinan komunitas seni dan kreatif Rumahitam). Dari Riau, Wahyu Halim (guru, sastrawan, pimpinan Komunitas Rumah Sastra Subuh), Darmoen S Prawira (dokter bedah), juga ada peserta dari Sumedang Maedah, dan lainnya.

Di akhir wawancara, Umar mengajak warga untuk memasyarakatkan pantun dan memantunkan masyarakat. "Karena pantun sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO," tutup Umar sembari menyampaikan pertemuan kedua direncanakan dengan narasumber Tarmizi Rumahitam.