MEDAN - Semangat puluhan anak dhuafa di bantaran Sungai Deli untuk menimba ilmu seakan tak pernah larut. Kala mereka tak punya fasilitas untuk belajar secara online, tapi mereka masih punya tempat yang bersahabat.
Ya, Sanggar Sungai Deli (SASUDE). Diinisiasi kaum muda yang rela berkarya tanpa tanda jasa, sanggar literasi ini pun berdiri.

Dua tahun sudah mereka hadir di bantaran sungai yang ditempati masyarakat berstatus ekonomi menengah ke bawah itu.

Banyak hal yang telah dilakukan untuk memutus mata rantai kebodohan para generasi emas dengan menggelar berbagai program pendidikan secara non formal.

Tak jarang di balik keterbatasan, mereka juga dituntut untuk turut serta mendukung pendidikan formal anak dhuafa Sungai Deli yang harus berlangsung secara daring di masa pandemi.

Keterbatasan fasilitas alat komunikasi android, kadang menjadi penghambat. Alhasil, anak-anak Sungai Deli sering kehilangan hak layaknya anak lain seusia mereka dalam mengenyam pendidikan.

Melatarbelakangi hal itu, melalui para donatur, Rumah Yatim, coba menjawab kegelisahan generasi bangsa yang berhak mendapatkan pendidikan layak di negeri ini.

Satu unit Handphone pun disalurkan untuk memudahkan anak-anak dhuafa ini dalam mengikuti proses belajar daring. Setidaknya, langkah kecil ini menjadi inspirasi bagi yang lain untuk turut serta dalam menebar kebaikan.

"Harapan ke depan, langkah Rumah Yatim bisa berlanjut dan diikuti oleh donatur lain. Karena kita masih membutuhkan beberapa unit lagi agar memudahkan anak-anak dengan keterabatasan akses serta keterbatasn ekonomi ini bisa mendapatkan kesempatan yang sama mengenyam pendidikan," sebut Kordinator SASUDE, saat disambangi Kamis (7/1/2021) sore.

Di akhir, Luqman turut mengapresiasi Rumah Yatim yang telah membangun kemitraan dengan komunitas yang didirikannya dalam hal pengadaan sejumlah kebutuhan untuk anak-anak dhuafa bantaran Sungai Deli. (*)