JAKARTA - Masa Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal dalam kegiatan sehari-hari, termasuk dalam pola konsumsi.

Bagi kalangan mahasiswa, biasanya pengeluaran didominasi biaya sewa kos dan kebutuhan sehari-hari kini justru berubah, menjadi belanja kuota internet. Hal ini seiring dengan meluasnya sistem pembelajaran daring untuk menghindari penyebaran Covid-19.

Berdasarkan hasil survei Lifepal, dilansir detikFinance, Minggu (13/12/2020), pos pengeluaran terbesar mahasiswa selama pandemi adalah untuk membeli pulsa dan kuota internet.

Pengeluaran untuk kuota internet menduduki angka paling tinggi sebesar 44,8%, diikuti pengeluaran untuk kebutuhan makanan dan minuman sehari-hari dengan besaran 15,6%. Kemudian, uang saku juga habis untuk membeli pakaian dan aksesoris sebanyak 10,2%.

Pengeluaran bulanan berupa sewa hunian (kos, apartemen, dan rumah) merupakan pengeluaran terbesar sebelum pandemi Covid-19 muncul. Namun di masa pandemi, pengeluaran makan dan minum justru menempati posisi kedua terbesar setelah pulsa dan kuota internet.

"Fenomena ini mengindikasikan banyak mahasiswa yang akhirnya memilih pulang ke rumah orang tuanya saja," tulis laporan survei Lifepal.

Adapun pengeluaran mahasiswa dalam survei ini meliputi pulsa, biaya makanan dan minuman, transportasi, sewa hunian, traveling, belanja pakaian, belanja barang hobi, hangout, olahraga, dan pengeluaran lainnya.

Survei dilakukan LifePal dengan metode random sampling terhadap 443 responden yang merupakan mahasiswa di seluruh wilayah Indonesia. Survei berlangsung pada 6 Oktober hingga 4 Desember 2020.

Perbandingan jumlah responden dalam survei ini adalah, 144 responden pria dan 299 responden wanita. Lalu seperti apa tren jumlah besaran uang saku mahasiswa selama pandemi?

Sebelum pandemi, sebagian besar mahasiswa atau mencapai 59% dari total responden mengaku menerima uang saku sebesar Rp 1 hingga 3 juta per bulan. Sementara itu 29,4% lainnya menerima uang saku di bawah Rp 1 juta per bulan.

Di masa pandemi, jumlah responden yang menerima uang saku Rp 1 hingga 3 juta per bulan menurun jadi 17,6%. Sementara itu 71% responden atau sebagian besarnya yang mengaku menerima uang saku di bawah Rp 1 juta per bulan.

Patut diketahui pula, sebelum pandemi Covid-19 muncul masih ada responden yang mengantongi uang saku di atas Rp 20 juta per bulan.