MEDAN - Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi mengatakan, sekitar 10.000 kepala keluarga (KK) meliputi 25.297 jiwa dari lima kecamatan di Kota Tebing Tinggi, terdampak banjir.
Banjir dengan ketinggian 1 meter ini akibat tingginya curah hujan, yang mengakibatkan Sungai Padang meluap dan menjebol tanggul.

"Bantuan logistik berupa makanan, minuman dan obat-obatan untuk masyarakat yang terdampak banjir segera dikirim. Sudah ada didirikan posko penanganan banjir. Selain itu, sudah dibangun dapur umum. Penanganan banjir ini dengan menerapkan protokol kesehatan," ujar Edy, Minggu (29/11/2020) dilansir BeritaSatu.com.

Mantan Pangkostrad ini mengemukakan hal itu setelah melakukan peninjauan ke beberapa lokasi banjir di Tebing Tinggi, Sabtu (28/11/2020). Bahkan, Edy Rahmayadi menyempatkan diri meninjau lokasi tanggul yang jebol. Selain itu, Edy menyempatkan diri menyapa masyarakat terdampak banjir di Tebing Tinggi.

Lima kecamatan yang terdampak banjir itu yakni, Kecamatan Hulu, Kecamatan Padang Hilir, Kecamatan Rambutan, Kecamatan Bajenis dan Kecamatan Tebing Tinggi Kota. Banjir ini merupakan yang terbesar di Kota Tebing Tinggi. Namun banjir ini tidak ada merenggut korban jiwa.

Menurut Edy, ada sekitar 50 meter tanggul yang jebol sehingga air masuk ke wilayah Tanjung Marulak Tebing Tinggi. Selain itu, kedangkalan sungai disebutkan sebagai salah satu faktor yang mengakibatkan 10.000 rumah warga di sana terendam banjir. Apalagi, curah hujan sangat tinggi di daerah itu.

"Kita akan melakukan evaluasi atas penyebab babjir tersebut. Perlu dilakukan normalisasi sungai setelah kondisi air surut. Kita akan melakukan koordinasi dengan semua pihak, baik itu Pemprov Sumut, Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) untuk ditangani," katanya.

Menurutnya, penanganan banjir yang menimpa masyarakat harus sejalan dengan penerapan protokol kesehatan. Oleh karena itu, pemerintah juga akan mengirimkan bantuan masker selain bantuan makanan, minuman dan obat-obatan.

"Selama berada di tempat pengungsian, masyarakat harus tetap menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan tidak melakukan kerumunan. Pasalnya, pandemi Covid-19 masih terjadi. Banjir yang terjadi diharapkan tidak menimbulkan klaster baru Covid-19," ujar Edy.

Wali Kota Tebing Tinggi, Umar Zunaidi Hasibuan menjelaskan, pemerintah bersama TNI dan Polri sudah membangun 56 posko untuk membantu masyarakat. Selain itu, pemerintah juga menurunkan petugas kesehatan untuk menangani kesehatan masyarakat korban banjir.

"Tenda-tenda untuk pengungsi juga dibangun. Kami juga sudah mengajukan permohonan bantuan logistik dan perahu untuk mengevakuasi masyarakat. Sampai saat ini, belum ada desa yang terisolir akibat banjir. Kami juga masih terus melakukan koordinasi dalam menangani banjir," sebutnya.