JAKARTA - Suasana politik yang kian hiruk pikuk, diharapkan kepada para reporter, baik televisi dan media online untuk melakukan fungsinya sebagai kontrol sosial yang menyejukkan di tengah pandemi untuk mengejar ketertinggalan laju perekonomian Indonesia. Hal tersebut dikemukakan Ketua Umum IRSI Ir. H. Arse Pane menanggapi adanya peran 'Bargaining Berita' yang membikin suasana Jakarta kearah yang kian kompleks. "Tolong dibaca Amanat UU Pokok Pers Nomor 40 Tahun 1999 bahwa Pers tidak boleh memihak," tegasnya, Selasa (18/11/2020).

"Jangan menjadi bara api, semua elemen bangsa saat ini kami imbau agar berperan layaknya sapu lidi," timpalnya.

Di sisi lain, Ketum IRSI Ir. H. Arse Pane mengingatkan pentingnya akhlak dalam mendidik mental para Reporter adalah tujuan dalam kesinambungan proses mengawal demokrasi.

"Kenapa harus memilih jalan yang sesat dan instan. Semua agama mengajarkan kesejukan tanpa adanya kekerasan," jelas Ketum Ikatan Reporter Seluruh Indonesia sambil memberi aplaus kepada Kapolda Metro Jaya yang baru terpilih Irjen Pol. Mohammad Fadil Imran supaya melakukan langkah persuasif di tengah pandemik untuk menjamin kondusifitas suasana aman dan nyaman di Ibukota Jakarta.

Terkait dengan doa dari Idrus Jamalullail yang mendoakan Megawati dan Presiden Jokowi agar berumur pendek, Muchamad Nabil Haroen Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan berkomentar, Idrus Jamalullail telah bertindak mendoakan secara jelek, sekaligus juga mendorong hasutan dan pecah belah antar warga.

"Mendoakan Presiden Joko Widodo dan Ibu Megawati Soekarnoputri agar berumur pendek itu tidak patut secara etika, namun juga bertentangan dengan ajaran agama. Terlebih, Nabi Muhammad Solollohualaihi Wassalam mengajarkan agama Islam sebagai agama yang menebar rahmah, bukan kebencian dan caci maki," bilang dia.

"Saya mendorong agar Saudara Idrus Jamalullail agar menarik ucapannya dan meminta maaf kepada pihak terkait," ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama itu.

Selain itu, Nabil Haroen berharap, FPI harus mendorong agar ada upaya permintaan maaf, meski dilakukan secara pribadi. Namun, kejadian berlangsung di agenda yang diselenggarakan FPI, sekaligus juga disiarkan secara langsung melalui saluran media resmi organisasi.

"Saya kira, FPI tidak bisa hanya lepas tangan, tanpa ada sikap kooperatif. Jangan sampai kejadian ini merusak situasi kondusif di Indonesia. Jangan rusak Indonesia dengan kebencian dan caci maki," ungkap Politisi muda PDIP asal Jawa Timur itu dengan nada lugas.