MEDAN - Debat kandidat tahap pertama calon Walikota dan Wakil Walikota Medan telah berlangsung Sabtu (7/11/2020) siang yang disiarkan langsung  di INews TV. Sejumlah pengamat menilai debat tersebut menjadi milik pasangan nomor 1 Akhyar - Salman. Sementara, pasangan Bobby – Aulia terlihat kelabakan sejak awal.

Saat dialog sesi pertama saja, Akhyar dan Salman begitu lugas menyampaikan visi misi selama tiga menit. Tapi giliran Bobby dan Aulia yang diberi kesempatan, mereka kebingungan menyampaikan visi misinya. Yang terjadi, keduanya menyerang soal jalan raya dan program pemerintah kota Medan. Bobby dengan lantas menuding Medan adalah kota metropolitan semu.

"Medan menjadi kota metropolitan semu," kata Bobby dalam debat publik perdana Pilkada Medan yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu.

Pernyataan Bobby itu membuat banyak warga yang menonton bingung melihat sikap mereka. “Dimintamenyampaikan visi misi, tapi kok dia menyampaikan hal lain yang tidak relevan dengan pertanyaan. Jadi visi misinya tidak jelas,” kata Amiruddin, seorang pengusaha yang menonton acara tersebut melalui livestream.

Bobby juga terlihat begitu bersemangat menyampaikan kritik soal minimnya UMKM di Medan yang menerapkan digitalisasi dalam system marketingnya. Menurut Bobby, di era pandemi Covid ini, banyak sekali UKM dan UMKM yang tiarap, sehingga sistem marketing digital sangat dibutuhkan.

“Di Kota Medan hari ini, terutama sektor UMKM, belum ada digitalisasi," ujar Bobby.

Akhyar langsung menampik tuduhan itu. “Saya sudah melakukan pengecekan di lapangan, bertemu sejumlah UMKM yang membuat masker contohnya. Saya ingin membeli masker buatan mereka, tapi mereka tidak bisa menjualnya kepada saya, karena semua produk mereka sudah laku. Pembelinya ada dari luar Sumut. Lalu saya tanya, bagaimana menjualnya kok sampai dibeli orang dari luar Sumut? Mereka bilang kalau penjualannya sudah menggunakan system online,” kata Akhyar.

Fakta-fakta itu, kata Akhyar membuktikan kalau sektor UMKM di Medan sudah melek dengan digital. Bahkan sekarang ini sudah ada jasa menyediakan kebutuhan rumah tangga, seperti bahan-bahan masakan secara online, seperti start-up Raja Sayur.

“Makanya kalau UMKM di Medan dikatakan belum menerapkan system digital, itu salah besar,” tegasnya. Akhyar yakin, ke depan usaha berbasis digital di Medan akan semakin berkembang.

Begitu juga saya Akhyar dan Salman bertanya soal pandangan Bobby-Aulia mengenai Undang-Undang Cipta atau Omnibus law yang mengancam kewenangan pemerintah daerah karena diambil oleh pusat. Pertanyaan itu tidak mau dijawab Bobby dan Aulia dengan tegas.

Menantu Presiden Jokowi itu hanya mengatakan bahwa Medan merupakan bagian dari NKRI. “Oleh karena itu, Pemkot Medan pun perlu sejalan dengan pemerintah pusat,” ujarnya.

Pakar komunitas politik Universtas Sumatera Utara (USU) Dr H Syakhyan Asmara MSP menilai, debat itu masih bersifat pemanasan. Hanya saja menurutnya, pasangan nomor Akhyar-Salman lebih menguasai substansi sehingga mampu menawarkan gagasan yang konkrit dan solutif.

Sementara untuk pasangan Bobby dan Aulia lebih banyak mengulas hal-hal yang sifatnya makro tanpa didukung data yang kuat. “Mungkin kalau debat ke depan, Bobby dan Aulia perlu menguasai data yang lengkap. Kalau hanya sekedar wacana, mereka akan kalah dengan Akhyar Nasution yang lebih menguasai lapangan,” kata Syakhyan.

Debat tahap kedua akan berlangsung 21 November mendatang, sedangkan debat ketiga pada 5 Desember 2020. (*)