JAKARTA - Presiden AS, Donald Trump mengatakan, para jenderal militer AS 'merasakan' ledakan besar yang memporak porandakan Beirut, Lebanon, dalah 'serangan mengerikan' yang kemungkinan disebabkan oleh sebuah bom. "Sepertinya itu didasarkan pada ledakan. Saya bertemu dengan beberapa jenderal besar kita dan mereka sepertinya merasa begitu. Ini bukan - semacam jenis ledakan manufaktur dari suatu peristiwa. Mereka tampaknya berpikir itu adalah serangan. Itu semacam bom, ya," kata Trump pada wartawan di Gedung Putih seperti dikutip dari apnews.com, Rabu (5/8/2020).

Seperti diketahui, sebuah ledakan terjadi di Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8/2020). Ledakan itu meratakan pelabuhan, merusak gedung-gedung di ibukota dengan kekuatan gempa berkekuatan 3,5, menurut pusat geosains Jerman GFZ, dan didengar serta dirasakan sejauh Siprus lebih dari 200 kilometer (180 mil) melintasi Mediterania.

Lebih dari 70 orang tewas dan 3.000 orang luka-luka, dengan mayat-mayat terkubur di reruntuhan, kata para pejabat setempat.

Menteri Dalam Negeri Lebanon mengatakan, tampaknya ada persediaan amonium nitrat dalam jumlah besar di pelabuhan dan telah meledak.

Sebelum ledakan terjadi, Lebanon memang dalam kondisi perekonomian yang lemah. Negara ini mengalami hiper inflasi dengan tingkat inflasi mencapai 89.74 persen pada Juni 2020, berdasarkan tulisan Guardian.

Reuters menulis, nilai Pound terdegradasi hingga 80 persen dari dolar AS.***