JAKARTA - UN Human Rights Activist, Nukila Evanty mengungkapkan, kondisi layanan kesehatan yang buruk di beberapa daerah, memang masih jadi PR serius bagi Negara Republik Indonesia.

Nukila yang terlibat di banyak organisasi dan juga dikenal sebagai juru bicara Koalisi Lawan Corona (KLC) itu, mengomentari insiden wafatnya seorang Ibu dalam perjalanan menuju Rumah Sakit di Padang, Sumatera Barat.

Korban disebut berinisial AW (32). Mulanya, korban melahirkan di Puskesmas Pembantu (Pustu) Jorong Sikilang, Kec. Sungai Alur, Kab. Pasaman Barat, Sumatera Barat. Tapi plasenta bayi tak keluar, sehingga korban harus dirujuk ke RS di Nagari Sasak.

Perjalanan ke RS disebut tak bisa cepat, lantaran kondisi permukaan jalan yang tak mendukung. Dalam perjalanan menggunakan mobil pikap kala itu, korban AW, meninggal dunia.

Nukila mengatakan, kondisi yang dialamai AW adalah salah satu faktor AKI (Angka Kematian Ibu) dan bayi yang masih tinggi di Indonesia. "Saya juga pernah mengadakan penelitian khusus AKI di Borong NTT. Jalannya buruk-Infrastruktur jalan tidak memadai, belum lagi ketersediaan ambulan, dokter atau bidan nggak mau bekerja di lokasi yang jauh dan terpencil,".

"Banyak ibu yg mengandalkan bidan kampung, ketika bidan kampung dibatasi praktiknya, muncul kasus kasus seperti yang dialami AW di Padang. Telat berobat dan memeriksakan secara rutin kandungan," kata Nukila kepada wartawan, Minggu (19/7/2020).

Persoalan tak berhenti di situ dan jauhnya jarak ke rumah sakit. Kadang kata Nukila, di daerah yang rumah sakitnya juga tak ada, malah disubsidi oleh pusat dan diprioritaskan Alkes (alat kesehatan).

"Wong rumah sakitnya tak ada. Peran pemimpin daerah ini, sudah banyak temuan dan hasil riset," ungkap Nukila.***